JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat kembali melaporkan jumlah pasien rawat inap Covid-19, yang meningkat sejumlah 4.810 orang.
Diketahui, jumlah pasien rawat inap bertambah sebanyak 15 orang, hingga Kamis (10/2/2022).
Hal tersebut dilaporan Kepala Penerangan Kogabwilhan I Kolonel Marinir Aris Mudian, berdasarkan data yang diterima dari RSDC Wisma Atlet Kemayoran hingga pukul 08.00 WIB pagi ini.
Atas laporan tersebut, berarti total pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap di RSDC Wisma Atlet mengalami penambahan, menjadi 4.810 orang.
Aris juga melaporkan, jumlah pasien terdaftar mencapai 147.876 orang, terhitung mulai tanggal 23 Maret 2020 sampai dengan 10 Februari 2022.
Sementara itu, jumlah tersebut lebih tinggi daripada jumlah pasien rawat inap di RSDC Wisma Atlet Pademangan, yang saat ini berjumlah 1.149 orang.
Adapun jumlah tersebut mengalami penambahan yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 162 orang dari yang sebelumnya berjumlah 987 orang.
Berdasarkan laporan Aris, jumlah pasien terdaftar di RSDC Wisma Atlet Pademangan sejak 23 Maret 2020 sampai dengan 10 Februari 2022 berjumlah 659.932 orang
Lihat juga video “Hujan Deras dan Angin Kencang Robohkan Sebuah Kontrakan”. (youtube/poskota tv)
Kemudian, Satgas Wisma Atlet Pademangan menginformasikan, mulai TMT tanggal 9 Februari 2022, Wisma Atlet Pademangan yang semula dipakai untuk Repatriasi PMI, Dinas Luar Negeri dan Pelajar, saat ini dipakai untuk Pasien yang OTG.
Sementara itu, sebelumnya, kasus Covid-10 Jakarta pecahkan rekor gelombang ke 2, tembus 15.825 kasus per hari.
Dari laporan Satgas mencatatkan bahwa angka penularan Covid-19 di Jakarta mencapai 15.825 kasus dalam sehari pada tanggal 6 Februari 2022 kemarin.
Angka tersebut mengalahkan rekor harian sebelumnya di gelombang kedua yaitu 14.500 kasus pada 12 Juli 2021 lalu.
Melalui video yang diunggah melalui instagram pribadinya @aniesbaswedan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan, meski kasus harian Covid-19 telah melebihi rekor pada gelombang kedua, namun angka kematian jauh lebih rendah.
(Ibriza Fasti Ifhami)