Toleransi tak sebatas ucapan, tanpa perbuatan. (Foto/ilust)

Sental-Sentil

Toleransi Tak Sebatas Ucapan, Tanpa Perbuatan

Kamis 03 Feb 2022, 09:45 WIB

Suatu sore, sang kakek mengajak cucunya menonton atraksi barongsai di sebuah klenteng yang cukup ternama.

“Wah hebat kek, bisa loncat – loncat di atas balok tinggi,” kata sang cucu.

“Ya itulah atraksi barongsai yang sangat memikat. Tangkas, kuat dan tangguh, “ jawab kakek.

Selepas menonton atraksi barongsai yang digelar dalam rangka memperingati Tahun Baru Imlek, 1 Februari, kakek dan cucunya sempat melihat dari dekat situasi vihara, sebagai tempat sembahyang umat Kong Hu Chu.

Cucunya terlihat senang menyaksikan semuanya. Banyak pertanyaan yang diajukan sang cucu mengenai vihara, di antaranya mengapa dicat dengan warna serba  merah. Juga tentang barongsai.

Kakek pun merasa puas menyaksikan kegembiraan cucunya.

Tujuan mengajak cucunya jalan – jalan ke klenteng membuahkan hasil, selain kegembiraan yang didapat, setidaknya telah menanamkan nilai – nilai toleransi dalam kehidupan beragama.

Toleransi bukan sekadar slogan dan semboyan.

Toleransi bukan juga sebatas indah di atas kertas, tetapi minim realitas.

Toleransi hendaknya teraplikasi dalam kehidupan sehari – hari.

Maknanya direalisasikan dalam aksi nyata, bukan terhenti dalam ucapan, tetapi berlanjut melalui perilaku dan perbuatan.

Itulah sebabnya toleransi perlu ditanamkan sejak dini, agar generasi penerus dapat memahami bagaimana makna sesungguhnya kehidupan yang penuh toleransi.

Penanaman toleransi juga telah dicontohkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Ia mengaku, setiap perayaan Tahun Baru Imlek, selalu mengajak serta buah hatinya berkunjung ke Vihara Dharma Bhakti di Petak 9, Taman Sari, Jakarta Barat untuk menanamkan rasa toleransi.

Dan, ini, katanya, tak hanya ketika dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, tetapi sejak menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Setiap Imlek saya biasanya mengajak anak-anak jalan-jalan ke Vihara Dharma Bhakti di Petak 9, sebuah kebiasaan yang dimulai sejak 2015 ketika masih bertugas di Kemdikbud," kata Anies dikutip melalui Instagram pribadinya @aniesbaswedan, Rabu (2/2/2022).

Yah, toleransi tak sebatas ucapan tanpa perbuatan, lebih –lebih dirinya kerap berbicara toleransi, tetapi dalam kehidupan sehari – hari jauh dari sikap toleransi. J

ustru maunya benar sendiri, memang sendiri, abai terhadap kehendak lingkungan sekitarnya.

Padahal sikap toleransi menjadi satu butir panduan dalam pengamalan nilai- nilai falsafah bangsa kita.Toleransi sudah menjadi jati diri bangsa sejak era perjuangan.

Ini tak lain, karena para pejuang dan pendiri bangsa menyadari begitu pentingnya sikap toleransi yang mampu menciptakan persatuan, membawa banyak manfaat bagi kemajuan bangsa dan negara.

Toleransi disadari sebagai tali perekat persatuan di tengah keberagaman.

Oleh karena sikap toleransi itulah para pejuang melepaskan ego pribadi, kelompok dan latar belakang kedaerahan, keagamaan, dan kesukuan.

Melalui toleransi, NKRI kokoh kuat hingga saat ini.

Lihat juga video “Bupati Zaki Tinjau Banjir di Pakuhaji dan Kosambi”. (youtube/poskota tv)

Haruskah, bangunan kesatuan goyah karena kita semakin menjauhkan diri dari toleransi? Haruskah konflik terjadi akibat kurangnya toleransi?

Jawabnya tentu saja tidak.

Kita semua tentu tidak ingin konflik karena intoleransi ikut mewarnai kehidupan, di tengah kian derasnya arus informasi, kian mudahnya mengakses informasi dari manapun, kapanpun dan dimanapun.

Lebih – lebih kian tajamnya perbedaan pendapat yang acap muncul muncul mewarnai ruang publik. (jokles) 

Tags:
Sental-SentilToleransimanfaat toleransitoleransi bernegarakehidipan bertoleransicara toleransi

Administrator

Reporter

Administrator

Editor