TERJADI dialog antara kakek dengan cucunya kemarin sore. Yang diobrolin soal harimau alias macan.
Cucu: Kek, boleh nanya?
Kakek: Boleh cucuku.
Cucu: Ini ada peribahasa harimau mati meninggalkan belang.., lanjutannya apa ya kek?”
Kakek: Lengkapnya peribahasa tersebut berbunyi ”harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading”
Cucu: Artinya apa kek?
Sang kakek pun menjelaskan. Peribahasa itu mempunyai arti bahwa seseorang akan dikenang karena jasa-jasanya dan keburukannya. Orang yang baik, jika meninggal kelak akan meninggalkan nama baik, sedangkan orang jahat akan meninggalkan nama buruk.
Sebenarnya bukan arti harfiah dari peribahasa itu, yang hendaknya dicermati adalah makna dari sebuah peribahasa bagi kehidupan kita.Nama baik dan buruk akan tergantung dari bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia ini.
Siapa yang banyak melakukan kebaikan, perbuatan baik, banyak memberi manfaat kepada orang lain dan sekitarnya, tentu akan meninggalkan nama baik, jika kelak meninggal dunia.
Sebaliknya bagi orang yang sering berbuat onar, keburukan dan kejahatan serta perbuatannya menyengsarakan banyak orang, akan meninggalkan nama buruk, jika yang bersangkutan meninggal.
Pepatah Jawa mengatakan “Ngunduh wohing pakarti” –seseorang akan memetik hasil dari perbuatannya.
Seorang pahlawan akan dikenal sepanjang masa, sementara pengkhianat negeri akan dijauhi masyarakat. Kalau pun dikenang, soal keburukannya.
Intinya apakah kita akan menjadi pemenang atau pecundang, pilihan ada pada diri kita bagaimana berperilaku sehari-hari, baik ucapan maupun perbuatan.
Karena itu berbuatlah sebaik yang dapat dilakukan, sekecil apapun kebaikan akan bermanfaat, ketimbang keburukan yang tidak saja tidak bermafaat, juga mendatangkan kerugian bagi dirinya dan keluarganya.
Korupsi dan manipulasi misalnya, hanya mendatangkan kesenangan sementara-sesaat, tetapi kerugian yang diderita sepanjang masa, masuk penjara. Keluarga dihujat sana-sini. Tidak tahan, pindah alamat.
Kembali ke soal harimau atau macan itu sebenarnya simbol kekuatan, ketangguhan dan keperkasaan, bukan keburukan atau kejahatan. Itulah sebabnya macan sering dijadikan lambang bagi beberapa produk barang, makanan serta menjadi nama kiasan bagi sebuah kesebelasan, organisasi dan negara karena ketangguhannya dan kekuatannya. Sebut saja “Macan Kemayoran “, “MacanAsia” dan masih banyak lagi macan yang lain.
Macan juga dijadikan shio tahun. Seperti Tahun Baru Imlek yang jatuh Selasa, 1 Februari tahun ini merupakan shio “Macan Air”.
Sama seperti yang telah disebutkan, menurut astrologi Cina, shio macan adalah simbol kekuatan, kepercayaan diri, keberanian dan simbol kepahlawanan dalam memberantas kejahatan.
Lantas bagaimana dengan ramalan keberuntungan di tahun 2022 ini? Jawabnya ada sisi positif dan negatifnya. Ini kata sejumlah ahli feng shui. Kita singkirkan yang negatif, ambil yang positifnya bahwa di balik masih adanya rasa agak pesimis, muncul sifat adaptif dan ambisius untuk meraih perkembangan. Di dalamnya ada sifat penuh antusias, kuat serta gigih meraih cita-cita.
Lihat juga video “Imlek Tahun 2022, Penerimaan Lilin di Klenteng San Bio Dibatasi”. (youtube/poskota tv)
Percaya atau tidak dengan ramalan, yang pasti tahun ini masih perlu perjuangan guna sepenuhnya memulihkan perekonomian nasional, mengingat pandemi masih menerpa negeri kita ini.
Semua harus berkreasi mencari solusi mengakhiri pandemi. Harus “Gercep” -gerak cepat”, jangan malah “Mager”- malas gerak”. (jokles)