Harga Naik, Rakyat Tercekik

Kamis 20 Jan 2022, 12:46 WIB

Ingat, masih terdapat 26,50 juta penduduk miskin di negeri kita, belum lagi yang setengah miskin, kelompok menengah ke bawah yang tingkat penghasilannya sangat sensitif untuk mengkover kenaikan harga barang.

Dari tahun ke tahun, penyebab kenaikan harga lebih dikarenakan ketersediaan stok, rantai distribusi, ongkos produksi dan spekulasi. Tak jarang pula karena ketersediaan barang tergantung impor.

Kita mengapresiasi langkah pemerintah yang terus menebar operasi pasar guna mengendalikan harga barang seperti acap ditinjau langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, di sejumlah daerah. Penetapan kebijakan satu harga minyak goreng setara Rp14.000 per liter juga merupakan langkah yang sangat tepat.

Masyarakat tentu berharap operasi terus dilakukan hingga jelang Puasa sebagai upaya menghadirkan kenyamanan, sekaligus mencegah dampak psikologis yang bisa berakibat panic buying karena tiadanya stabilitas harga.

Perlu juga mengapresiasi kian membaiknya perekonomian menuju pemulihan dan meningkatnya angka pertumbuhan. Sangat diharapkan kualitas pemulihan dengan memastikan perekonomian seluruh lapisan masyarakat tumbuh dengan baik. Bukan sebagian yang cepat recover, tetapi sebagian besar lainnya tetap terhimpit, atau bahkan semakin terhimpit.

Itulah sebabnya perlu kebijakan yang pro-rakyat, berpihak kepada masyarakat luas dengan memperkuat jaminan sosial guna melindungi masyarakat, seperti dikatakan Pak Harmoko melalui kolom “Kopi Pagi ” di media ini.

Jaminan sosial, khususnya di lapisan bawah agar tidak semakin terjerumus dan kian terdampak pandemi Covid-19. Juga kenaikan harga barang di saat menyongsong peringatan hari-hari besar seperti Puasa dan Lebaran.

Kebijakan pro-rakyat tidak hanya harus kuat, juga kompak dari pusat hingga daerah selaras menjalankannya.

Lihat juga video “Seragam Baru Satpam Mirip Polisi, Masyarakat Salah Lapor”. (youtube/poskota tv)

Tak kalah pentingnya keteladanan para elite, pejabat negeri, menteri dan kepala daerah terjun ke lapangan memantau langsung kebijakan dan memberi contoh nyata. Pitutur luhur mengingatkan ”Ing Ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”-  di depan memberi contoh, baik pikiran, ucapan maupun perbuatan. Di tengah memberi inspirasi dan motivasi. Jika berada di belakang memberi dukungan dan kepercayaan.

Bukan di belakang lepas tangan, duduk di kursi nyaman, berharap jabatan diperpanjang. (Azisoko *)

Berita Terkait

Mitigasi Bencana

Kamis 20 Jan 2022, 13:41 WIB
undefined

Korupsi BUMN

Kamis 27 Jan 2022, 11:09 WIB
undefined

Macan Asia

Senin 31 Jan 2022, 07:00 WIB
undefined

News Update