Minat Terhadap Dolar Menurun

Rabu 05 Jan 2022, 01:20 WIB
Emas versus Dolar (Sumber ilustrasi: Pars Today)

Emas versus Dolar (Sumber ilustrasi: Pars Today)

POSKOTA.CO.ID - Penambahan cadangan emas bank-bank sentral terjadi di seluruh dunia dan mencapai catatan tertinggi di tahun 2021 selama 31 tahun terakhir.

Sementara aset berbagai negara dunia dalam bentuk dolar malah menurun.

Berbagai bank sentral dunia selama satu dekade terakhir menambah cadangan emasnya lebih dari 4500 ton menurut laporan Dewan Emas Dunia (WGC). Demikian dilansir dari laporan Pars Today pada Minggu (2/1/2022).

Total cadangan emas hingga September ini tercatat sebesar 36 ribu ton dan termasuk yang terbesar sejak tahun 1990.

Angka ini mengalami kenaikan sebesar 15 persen dibandingkan dengan satu dekade lalu.

Kehadiran dolar di cadangan valuta asing negara dunia selama satu dekade lalu mengalami penurunan drastis pada saat yang sama.

Rasio valuta asing terhadap dolar Amerika pada tahun 2020 mencapai titik terendah selama seperempat abad terakhir.

Analis mengatakan bank sentral, terutama di negara berkembang, terus beralih ke emas. Hal ini mencerminkan kekhawatiran global tentang rezim moneter berbasis dolar.

Usai krisis finansial global tahun 2008, bank sentral dan lembaga finansial berbagai negara mulai memperkuat cadangan emasnya yang menyebabkan arus keluar dana dari obligasi pemerintah AS dan akibatnya devaluasi aset berdenominasi dolar.

Pakar pasar emas Itsao Toyoshima meyakini bahwa kepercayaan global terhadap dolar dan aset berbentuk dolar menurun tajam.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada April 2021 mengumumkan saham dolar di cadangan valuta global selama triwulan terakhir tahun lalu mencapai 59 persen.

Ini rekor terendah selama 25 tahun lalu sementara saham Euro naik hingga 21,2 persen dan begitu juga Yuan naik 2,3 persen.

Penurunan pangsa dolar terjadi selama periode di mana indeks menunjukkan penurunan terbesar sejak 2010 dan ada banyak keraguan untuk mempertahankan posisinya sebagai mata uang cadangan teratas.

Amerika Serikat senantiasa memanfaatkan dolar yang menjadi valuta utama dunia sebagai alat untuk menekan negara lain dan menjadikannya sebagai teladan langkahnya.

Washington berulang kali menyalahgunakan ketergantungan perusahaan dan bank serta sistem finansial internasional terhadap dolar sebagai alat untuk memaksa negara lain tunduk terhadap tuntutannya. Atau mencegah mereka mengambil kebijakan dan langkah yang tidak diinginkan Amerika Serikat.

Hal ini menuai respon negara-negara penentang dan bahkan sekutu. Serta mendorong terbentuknya secara bertahap konsensus global terkait pentingnya mencegah berlanjutnya pemanfaatan Amerika Serikat dengan dolar sebagai alat untuk melakukan penekanan ekonomi, perdagangan, dan finansial terhadap negara lain. Khususnya negara-negara anti Amerika Serikat atau rival negara ini.

Analis keuangan Alasdair Macleod menyebutkan Amerika Serikat menggunakan dolar sebagai senjata. AS memahami bahwa sistem finansial global sampai saat ini tidak memiliki pengganti dolar sehingga menyalahgunakannya.

Negara-negara yang menerapkan program menghapus dolar dari sistem perdagangan global ingin memutar serta menjauhkan sanksi dan mempermudah proses perdagangan dengan negara lain. Atau ingin meningkatkan porsi mata uang nasionalnya di cadangan valuta bank-bank dunia.

Rusia dan Tiongkok sekarang menjadi pionir dalam menggunakan mata uang nasional alih-alih dolar dalam pertukaran keuangan dan perdagangan.

Kementerian Keuangan Rusia pada Juli 2021 mengumumkan penghapusan total dolar dalam dana kekayaan nasional negara itu yang mencakup sekitar $ 65 miliar dan konversinya ke mata uang lain. Hal ini sejalan dengan dedolarisasi.

Setelah beberapa tahun negosiasi antara Rusia dan Tiongkok untuk mengganti dolar AS. Moskow dan Beijing telah mencapai tujuan ini dengan mengurangi pangsa dolar dalam perdagangan antara Rusia dan Tiongkok pada kuartal pertama tahun 2020 untuk pertama kali menjadi kurang dari 50 persen.

Sejumlah negara lain selain Rusia dan Tiongkok mengambil teladan serupa. Dengan mulai mengurangi pangsa dolar di pertukaran ekonomi dan perdagangannya.

Proses ini untuk jangka panjang akan memberi pukulan berat bagi posisi global dolar. ***

Berita Terkait
News Update