“KAKEK, cucu ingin tahun ini lebih baik. Lebih berprestasi di sekolah” kata sang cucu kepada kakeknya.
“Wah bagus itu cucuku. Itu keinginan mulia. Tapi ingat cucuku keinginan kamu, cita – cita kamu jangan hanya terhenti pada ucapan,” kata kakek.
“Maksud kakek?”
Kakek pun menjelaskan segala keinginan dan cita – cita wajib dibarengi dengan upaya yang secara terus menerus dilakukan melalui perbuatan. Kalau kita punya keinginan, tetapi cuma diucapkan, digembar – gemborkan, dideklarasikan, ya percuma saja.
Itu namanya tidak satunya kata dengan perbuatan. Bilangnya ingin jadi juara kelas, tetapi sering bolos, tidak pernah belajar dengan baik. Bilangnya ingin lebih disiplin berangkat sekolah, tetapi sering bangun kesiangan.
Begitu juga kalau ingin lebih baik, ya hindari perbuatan buruk. Buruk menurut orang lain, bukan buruk menurut diri sendiri.
Cucu: Oh iya.. ya kek.. cucu paham. Berarti nggak cuma omong doang
Kakek: Persis... jangan cuma omdo.
Yah, tak bisa dipungkiri menghadapi tahun 2022 ini, tak sedikit yang telah membuat resolusi. Ada yang terucap, tercatat rapi, terplaning secara rinci maupun sebatas dalam hati bahwa tahun 2022 ini harus lebih baik dari tahun sebelumnya.
Harus lebih maju, lebih berkembang, lebih mudah mendapatkan uang, lebih sukses dan segala lebih yang lainnya. Tentunya yang baik – baik, bukan yang buruk.
Siapa saja boleh berharap sederet prestasi, segudang obsesi, bahkan bermimpi menjadi orang terhebat di bumi kita ini . Itu sah – sah saja tidak dilarang, malah dengan obsesi yang tinggi dapat memacu motivasi dalam berkreasi dan berinovasi guna meraih prestasi.
Bung Karno, sang founding fathers, pernah mengatakan lewat kata mutiaranya untuk memotivasi pemuda Indonesia. “ Gantungkan cita- citamu setinggi langit!” Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang – bintang”
Setidaknya, ada tiga poin yang dapat kita maknai dari kata mutiara tersebut.
Pertama, ajakan agar pemuda Indonesia memiliki cita- cita yang tinggi luar biasa. Kalau bermimpi, mimpilah sesuatu yang belum dimimpikan orang lain.
Kedua, ajakan untuk selalu mewujudkan cita – cita melalui upaya nyata. Kalau toh kemudian gagal, coba lagi dan coba lagi. Bukankah kegagalan adalah kunci kesuksesan.
Ketiga, upaya nyata yang dilaksanakan dengan melakukan perubahan sikap untuk menggapai tujuan yang dicita – citakan.
Jangan harap obsesi akan terealisasi, jika hanya dalam hati. Diam tak bergerak, tanpa aksi. Jangan pula berharap cita – cita terlaksana, jika tanpa karya nyata.
Cita – cita, prestasi apapun bentuknya tidak datang tiba – tiba, tidak ujug -ujug, tetapi harus diupayakan, diusahakan dan diikhtiarkan.
Satu hal, jika kita ingin mengejar prestasi, ingin maju dan berkembang, harus diawali dengan perubahan. Mustahil kemajuan didapatkan, jika tidak disertai dengan perubahan sikap (dari pikiran, ucapan hingga perilaku perbuatan).
Maka janganlah menunda perubahan yang memang harus dilakukan sekarang. Ingat! Berubah ketika sudah terpaksa sangatlah tidak nyaman. (Jokles)