TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Sebuah video pengguna jasa penerbangan (penumpang) asal luar negeri mengeluhkan mahalnya tarif hotel untuk karantina. Mereka mengaku diminta Rp19 juta oleh seorang calo untuk bisa melakukan karantina di hotel.
Dalam video berdurasi 2 menit lebih tersebut, pengguna jasa penerbangan yang baru tiba di Terminal 3 Bandara Internasioanl Soekarno-Hatta mengeluh mahalnya harga hotel untuk karantina.
“Kalau mau menginap di hotel satu orangnya Rp19 juta, kalau 22 orang berapa duit? Ratusan juta. Mending kita menderita. Sudah kayak pepes orang pada tidur sambil berdiri. Ini lah perlakuan pemerintah terhadap rakyat Indonesia,” sebut wanita yang ada dalam video tersebut.
Dia melanjutkan, di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini, ratusan orang telantar. Kebanyakan di antara mereka merupakan TKW atau PMI.
“Ini TKW sebagian ya. Yang turis kayak kita sebagian kecil. Dan kita punya hak atas Wisma Atlet juga. Banyak calo tadi membujuk-bujuk kita supaya di hotel ya bu ya,” jelasnya.
Dia membeberkan harga hotel yang ditawarkan oleh calo tersebut mencapai belasan juta.
“Itu hotel Rp19 juta satu orang, gila. Benar-benar nih mafianya luar biasa. Tolong diviralkan ya abang abang mpok mpok kakak kaka adik adik biar pemerintah melek deh. Kasian nih rakyat kita nih, penyiksaan. Sudah ada yang dari kemarin ternyata,” ujarnya.
Dia mengaku sempat berbincang dengan petugas yang ada di bandara tersebut. Namun petugas hanya menyuruh untuk tetap bersabar.
“Petugasnya 2 ngelayanin 4.000 orang," bebernya.
“Edan. Makannya kita di sini kita beli indomie yang Rp4.000 jadi Rp40 ribu. Tadi saya beli Rp30 ribu. Ada yang bilang adek saya beli Rp40 ribu karena beli 1. Sudah gitu ngantre, air panasnya juga sejam lebih. Adik saya beli 3, dikasih Rp30 ribu. Kalau beli 1 Rp40 ribu. Tapi nyeduhnya lama, nunggu air di dispensernya panas,” tambahnya.
Malah Jadi Sakit
Dia menambahkan, jika perlakuan pemerintah Indonesia seperti ini untuk mencegah wabah virus corona varian Omicron tak heran jika warga malah menjadi sakit.
“Sehari 4.000 TKI yang datang. Mungkin ya 10 persennya lah kita kita. Tuh sampe pada teriak anak kecil, ini mah bukan karantina bukan jadi sehat, malah jadi penyakit. Pada stres kayak ayam aja ini manusia dibikin perlakukan kayak ayam,” tuntasnya.
Menyikapi persoalan ini Komandan Satgas (Dansatgas) Udara Covid-19 Bandara Soetta, Kolonel Agus Listiyono mengatakan, terkait viralnya terdapat calo yang menawarkan hotel, Agus mengaku setiap penumpang sudah diverifikasi.
“Makanya dia itu tidak ditawarin hotel tahap pertama, itu kan diverifikasi di KKP, mana yang wisma mana yang hotel, itu sudah jelas diverifikasi paspornya. Oh dia itu sebetulnya hotel. Hotel tuh mahal Rp19 juta,” kata dia.
Mahalnya hotel tersebut, kata Agus, bukan dikarenakan mewah atau bintang di hotel tersebut. Namun kebanyakan dari hotel yang digunakan untuk karantina sudah memberikan harga paket terlebih dahulu.
“Lihatnya jangan yang bintang lima. Nyatanya sekarang ada bintang dua itu pun tidak per hari. Itu pun sepuluh hari paket. Nah itu sudah paket di situ tidak sama dengan reguler yang masuk hotel terus check out gitu bukan. Itu ada Nakesnya, ada PCR-nya ditanggung hotel. Terus di hotel PCR kedua ditanggung oleh hotel. Armada pengangkutnya dari Bandara yang bawa dari hotel. Keamanannya juga hotel,” jelasnya.
Bolak-balik ke LN
Dia menerangkan, terkait dengan perkara yang diviralkan oleh seorang wanita tersebut, menurut Agus, hal tersebut bukan baru pertama kalinya.
“Aku memberi istilah angel atau susah susah. Yang seharusnya tidak di wisma tetapi memaksa di wisma itu dengan alasan tidak punya uang. Tapi nyatanya HP-nya bagus perhiasannya banyak. Terus dia paspornya kelihatan di Imigrasi bolak-balik ke luar negeri. Tolong itu digarisbawahi. Itu namanya angel alias susah. Itu datanya ada setiap hari ada yang seperti itu,” tegasnya.
Menurut Agus hal tersebut malah menjadikan beban untuk negara. “Jadi kan dia malah beban negara kok malah dibalik-balik dia yang gak diurus negara. Tolong itu digarisbawahi angel itu setiap hari ada,” ucapnya.
Dia memastikan saat ditawari hotel wanita yang memviralkan hal tersebut tidak mau jika dibawa ke hotel dengan alasan harga yang mahal.
“Terus saya punishmentnya terhadap dia yang memviralkan karena dia tidak mau hotel. Maka saya taroh paling belakang nanti ambil sendiri setelah ada penerbangan terakhir baru dia tak bawa ke wisma. Itu punishment saya biar dia berubah,” ujarnya.
Agus mengaku dalam menjalankan aturan pemerintah pihaknya seringkali menjumpai perkara seperti ini.
“Kami di sini kendala adanya angel angel itu tolong digarisbawahi. Tapi yang memviralkan itu tidak memiliki hak untuk di wisma itu karena dia wisatawan tapi dia ingin dilayani negara. Masalah indomie yang harganya 30-40 ribu itu di sini tidak ada yang jual beli. Nggak boleh,” tandasnya.
Wisma Atlet Penuh
Terkait viralnya penumpukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta khususnya Terminal 3, Kolonel Agus Listiyono Dansatgas Covid Udara Bandara Soetta mengakui adanya ketersendatan di Wisma Atlet.
Namun dirinya mengaku saat ini tidak ada lagi penumpukan di Bandara Soetta.
“Ya itu video itu ada pada hari Sabtu memang terjadi penumpukan karena ada ketersendatan yang ada di wisma. Mau tidak mau karena wisma itu penuh karena Pademangan itu lockdown karena ada yang terpapar Omnicron,” jelasnya, Senin (20/12/2021).
Bahkan, kata Agus, beberapa tempat seperti di Pasar Rumput juga penuh. Dengan demikian pihak dari Satgas Kodam membuka tempat karantina baru di Nagrak.
Dia merinci tiga kriteria yang berhak mendapat karantina di Wisma Atlet yakni Pekerja Migran Indonesia (PMI), baik TKW ataupun TKI. Kedua, pelajar Indonesia yang dapat beasiswa di luar negeri dan yang ketiga itu, ASN atau PNS yang diberi surat dinas dari pemerintah.
“Untuk wisatawan itu tidak termasuk di situ,” tegasnya. (kontributor tangerang/muhammad iqbal/)