SUDAH dua tahun lebih bangsa Indonesia diterpa kedukaan. Covid 19 yang mengganas, tak henti-hentinya menerjang kehidupan dan meninggalkan duka yang berkepanjangan. Tetesan air mata disertai isak tangis tak henti-hentinya melepas kepergian sanak saudaranya, bapak, ibu, anak untuk selamanya akibat direnggut corona.
Lambat laun, memang penyakit sudah mulai reda dengan berbagai usaha, pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Mereka sadar akan kewajiban membentengi dirinya dari serangan penyakit. Bersyukur masyarakat mulai bangkit dari hidup yang penuh dengan ketakutan dan was-was. Walaupun isu ada penyakit pendatang baru yang bakalan menggantikan corona yang sebelumnya, tapi warga masyarakat sudah siap siaga. Apa pun yang bakalan datang, mereka siap menghadang.
Tapi, kenyataannya duka itu datang bukan dari penyakit saja, musibah lain berupa bencana alam meluluh-lantakan kehidupan warga, terutama mereka yang tinggal di dekat gunung berapi yang meletus. Banyak korban jiwa dan harta akibat musibah tersebut.
Banjir bandang dan tsunami juga sudah mulai merambah pemukiman warga. Oleh sebab itu BMKG tak bosan-bosannya memberikan peringatan pada warga, agar terus waspada. Jangan sampai lengah, dan panik ketika musibah datang.
Musibah ini juga nggak pandang bulu, apakah itu di kampung pelosok di tepi pantai nun jauh di sana, tapi juga bisa menerjang kota-kota besar. Jakarta pun dapat ancaman yang sama. Walaupun jauh dari gunung berapi, tapi dekat dengan laut, jadi jangan sampai terlena.
Kedukaan memang silih berganti, duka yang satu sudah mulai hilang, tiba-tiba muncul duka yang lain. Sebagai manusia, bahwa nggak ada yang mau mendapat musibah, tapi nggak boleh juga pasrah, harus ada gerakan, bagaimana caranya menanggulangi dan menghadapinya.
Bagi yang berwenang,tentu saja bisa berbuat sesuai kewenangannya.
Bikin bendungan dan jembatan jangan ngasal, jadi begitu ada serangan air bah, warga nggak was-was kalau bakalan jebol atau ambruk!
Atau bagi yang suka mengotak-atik itu hutan apalagi sampai gundul dan menggali bumi, penambangan dengan sembarangan, berhentilah. Apa nggak merasa berdosa, mengeruk keuntungan, sementara rakyat menderita?
Sudah melihat kan, bagaimana akibatnya? Kalau sudah kena bencana. Sangat menyedihkan. Rakyat yang jadi korban akan mendapat duka yang mendalam. Bayangkan saja, duka yang lama belum sirna, sudah datang duka lagi. Duka dan duka, ada duka di antara duka! - Massoes