SUATU sore terjadi obrolan ringan antara sang cucu dan kakeknya. Sang kakek berpesan kepada cucunya agar selalu berhati – hati, menjaga diri, bersikap sopan dan ramah kepada orang lain. Tanpa melihat siapa dia, tidak melihat apakah dia anak orang kaya atau miskin, anak pejabat atau rakyat biasa.
Kepada orang yang belum dikenalnya pun harus bersikap ramah dan sopan. Artinya sikap dan sopan santun harus selalu melekat dalam diri. Jika sudah terbiasa, sudah melekat dalam jiwa, maka secara spontan sikap ramah dan santun akan muncul dengan sendirinya, tanpa diminta, tidak pura – pura.
Cucu bertanya: Bagaimana dengan orang lain yang baru dikenalnya tiba – tiba baik kepada kita kek?
Kakek: Kamu harus tetap bersikap baik, ramah dan sopan.
Cucu: Bagaimana kalau orang itu memaksa meminjam sepeda, padahal cucu lagi pulang sekolah?
Kakek: Orang baik tidak akan melakukan pemaksaan kehendak kepada siapapun, apalagi orang tersebut sudah dewasa,tentu akan melindungi anak kecil sepertimu. Kalau orang tersebut terus memaksa, bahkan merebut sepeda dari tanganmu, berarti tidak berniat baik, meski dengan alasan meminjam sebentar karena ada keperluan mendesak.
Dalam situasi seperti itu, kamu bisa minta tolong untuk meminta bantuan atau menyelamatkan diri dengan segera pergi dari tempat tersebut.
Itulah sebabnya kamu tetap harus waspada jika naik sepeda dengan teman – teman kamu. Waspada agar tidak celaka sepanjang perjalanan, waspada juga terhadap situasi sekitarnya.
Ingat cucuku kejahatan bisa terjadi di mana saja dengan berbagai modus operandinya ( dengan berbagai cara untuk melakukannya).Ya, di antaranya tadi pura – pura pinjam sepeda kamu, tidak berhasil akhirnya memaksa. Tak jarang dengan kekerasan segala.
Sangak cucu kembali bertanya: Lantas bagaimana kek, kita tahu itu orang baik dan tidak baik?
Kakek : Memang sulit cucuku, kita tidak bisa menerka apa maksud isi hati seseorang. Apa yang diingini kita tidak tahu, apalagi kepada orang baru dikenalnya.