JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mendesak orang-orang untuk tidak panik atas munculnya varian Covid-19 Omicron.
Sampai dengan saat ini menurutnya sejumlah negara telah berupaya untuk meningkatkan langkah-langkah demi menahan varian tersebut masuk.
Varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan sejak itu menyebar ke puluhan negara di seluruh dunia.
WHO telah memperingatkan bahwa jenis atau varian Covid-19 yang baru menimbulkan risiko global yang "sangat tinggi".
Maka dari itu, WHO telah mendesak pemerintah setiap negara untuk mempercepat vaksinasi kelompok prioritas tinggi.
Berbicara dalam sebuah wawancara di konferensi Reuters Next, kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan meminta kepada seluruh negara di dunia bersiap menghadapi serangan Omicron.
"Kita harus siap dan berhati-hati, tidak panik, karena kita berada dalam situasi yang berbeda dibandingkan tahun lalu." Kata Soumya, dikutip dari France24 pada Sabtu (4/12/2021).
Selain itu, Soumya juga menambahkan bahwa tidak mungkin untuk memprediksi apakah Omicron akan menjadi strain yang dominan.
"Delta menyumbang 99% infeksi di seluruh dunia. Varian ini harus lebih menular untuk bersaing dan menjadi dominan di seluruh dunia. Itu mungkin, tetapi tidak mungkin untuk diprediksi." tuturnya.
Sementara itu, para dokter di Afrika Selatan mengatakan ada lonjakan rawat inap di antara anak-anak kecil setelah Omicron melanda negara itu.
Namun, mereka juga menekankan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah mereka sangat rentan.
Dalam seminggu sejak Afrika Selatan memperingatkan dunia tentang varian baru Covid, infeksi telah menyebar lebih cepat daripada tiga gelombang sebelumnya di negara itu.
Kelompok kasus pertama berpusat di sekitar mahasiswa, dan kemudian menyebar dengan cepat di kalangan anak muda yang tampaknya telah menyebar ke orang yang lebih tua.
Akan tetapi para ilmuwan dan pejabat kesehatan mengatakan mereka telah melihat peningkatan penerimaan rumah sakit pada anak-anak di bawah lima tahun, bersama dengan tingkat positif yang lebih tinggi di antara anak-anak berusia 10-14 tahun.
Wassila Jassat, dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular, mengatakan: "Kami telah melihat peningkatan yang cukup tajam di semua kelompok umur, terutama pada balita," mengacu pada rawat inap.
"Insiden pada balita itu sekarang tertinggi kedua, dan kedua setelah kejadian pada mereka yang berusia di atas 60 tahun," katanya dalam konferensi pers. (cr03)