AFRIKA SELATAN, POSKOTA.CO.ID - Para ilmuwan sekarang memiliki alasan untuk percaya bahwa varian Omicron mungkin berasal dari pasien HIV atau AIDS dengan infeksi Covid-19 jangka panjang.
Melansir dari laman The Telegraph, varian baru kemungkinan diinkubasi pada pasien HIV/AIDS yang tidak diobati.
Ahli penyakit menular di Afrika Selatan, Richard Lessells menyebut bahwa kemungkinan varian Omicron diinkubasi pada pasien HIV/AIDS yang tidak diobati.
Lessells merupakan salah satu dari bagian tim yang pertama kali meyakini akan adanya penyebaran varian baru.
Menyadur dari laman Mothership, Lesselss mengatakan varian Omicron tampaknya tidak muncul dari "proses evolusi normal".
Sebaliknya, dia mencatat bahwa ada lompatan evolusioner yang terjadi dengan varian baru ini, dan menambahkan bahwa itu tidak berevolusi dari varian Delta.
Individu dengan gangguan kekebalan, seperti mereka yang mengidap HIV atau kanker yang tidak diobati, akan merasa lebih sulit untuk melawan infeksi Covid-19, yang berarti bahwa virus tetap berada di tubuh mereka untuk jangka waktu yang lebih lama.
Ini memberi virus banyak kesempatan untuk bermutasi dan menemukan cara untuk bertahan dari respons kekebalan tubuh manusia, bertindak sebagai semacam "pusat pelatihan evolusioner" untuk virus, lapor Telegraph.
Banyak kasus HIV yang tidak diobati, tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah
Ahli virologi Afrika Selatan Barry Schoub mengatakan kepada Sky News bahwa varian Omicron mungkin ditemukan pada orang-orang yang mengalami imunosupresi dan tidak divaksinasi.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, HIV menyerang sistem kekebalan tubuh.
Bagi mereka yang berhasil mendapatkan pengobatan untuk HIV, Schoub mengatakan mereka "imunokompeten, seperti kita semua", artinya mereka lebih mampu menangkal virus seperti Covid-19.
Afrika Selatan memiliki salah satu tingkat HIV tertinggi di dunia, dengan 20,4 persen dari populasi umumnya terinfeksi HIV.
Namun, hanya 71 persen dari populasi orang dewasa yang terinfeksi sedang menjalani pengobatan untuk HIV, dan 47 persen anak-anak, meninggalkan banyak kekebalan yang terganggu.
Lebih lanjut, Telegraph melaporkan bahwa hanya 24 persen orang Afrika Selatan yang divaksinasi terhadap Covid-19, dengan keragu-raguan vaksin yang merajalela di negara tersebut.
Namun, sebagai berita tentang potensi ancaman penyebaran Omicron, Afrika Selatan telah melihat lonjakan jumlah orang yang mendaftar untuk divaksinasi, lapor Bloomberg.
Schoub menambahkan bahwa dia "cukup optimistis" bahwa vaksin Covid-19 dapat melindungi dari efek serius infeksi.
Salah satu kesimpulan dari temuan ini, kata Lessells, adalah bahwa kunci untuk mencegah varian infeksi baru dan mengakhiri pandemi adalah mendapatkan pengobatan untuk jutaan orang Afrika Selatan yang HIV-positif, lapor NPR. (cr03)