Sental sentil, bercerai kita berantakan... (Ilust/poskota)

Sental-Sentil

Bercerai, Kita Berantakan..

Selasa 30 Nov 2021, 06:30 WIB

“Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh."

Peribahasa ini sangat popular. Sejak sekolah SD, sudah diajarkan peribahasa yang penuh makna ini bagi kehidupan sehari- hari.

Peribahasa yang mengajarkan kepada kita semua agar selalu hidup rukun, tidak saling bertengkar dengan siapa pun juga.

Dalam filosofi Jawa disebutkan” Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah” – rukun menjadikan kuat, aman tentram, pertikaian menjadikan perpecahan.

Di sekolah sering diajarkan saling membantu satu sama lain.

Ingat waktu di SD, ketika ada teman yang ketinggalan pulpen, pensil, penghapus, atau penggaris, bu guru akan bilang, " Anak- anak, siapa yang hari ini membawa 2 pensil?"

Siswa akan berebut menjawab" Saya bu guru"

"Wah.. banyak juga ya. Sekarang siapa di antara kalian yang mau meminjami satu pensil ke temanmu yang hari ini tidak bawa pensil."

Sejenak diam, lantas beberapa siswa tunjuk jari "saya bu guru".

Itulah gambaran guyub rukun yang  sudah diajarkan sejak Sekolah Dasar( SD), bahkan Taman Kanak- Kanak( TK) dan kini pendidikan usia dini - PAUD.

Inti guyub rukun adalah saling membantu, tolong menolong, bahu membahu.

Saling peduli satu sama lain.

Sering disebut gotong - royong.

Jika ada teman kesulitan berusaha membantunya. Kalau ada teman dilanda sakit, perlu bantuan keuangan, secara sukarela iuran untuk sedikit meringankan.

Tidak memiliki uang, membesuknya.

Tidak punya uang dan waktu, minimal mendoakannya segera diberi kesembuhan.

Sekecil apapun bantuan yang diberikan akan meringankan beban orang yang sedang menghadapi masalah.

Itulah sebabnya diajarkan agar bantuan diberikan tanpa berharap imbalan.

Bukan karena pamrih, bukan pula berharap pujian dan sanjungan.

Apalagi sampai berharap simpati hingga "jatuh hati." Ini kuno. Nggak elegan.

Kalau pun terdapat pamrih, cuma satu, karena niat hati ingin membantu.

Titik. Nggak boleh ada embel - embel lagi.

Sikap guyub rukun seperti inilah yang semestinya terus bersemai dalam diri hingga kini, apapun profesinya sekarang, di lingkungan manapun berada.

Sebagai pegawai, jadilah pegawai yang guyub rukun, yang tidak terpecah hanya karena perbedaan aspirasi, afiliasi dan beda pilihan.

Sangat tepat, jika pada HUT ke -50 Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI), 29 November tahun ini mengambil tema "ASN Bersatu, KORPRI Tangguh dan Indonesia Tumbuh."

Modal bersatu bagi 4 juta lebih ASN ( Aparatur Sipil Negara) se Indonesia sudah lebih dari cukup memadai karena memiliki sejumlah kesamaan.

Pertama, sama –sama sebagai ASN bertugas di mana pun, di kementerian, BUMN, BUMD, pemda, lembaga negara baik sipil maupun militer ( TNI/Polri).

yang tergabung dalam Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI).

Kedua, sama – sama sebagai pegawai negeri sipil, pegawai pemerintah, yang digaji oleh pemerintah.

Yang memiliki hak yang sama, mendapat perlindungan yang sama sebagai ASN.

Lihat juga video “Headline Harian Poskota Edisi Rabu 24 November 2021”. (youtube/poskota tv)

Ketiga, sama – sama netral. Netralitas sebagai ASN dalam memberikan hak suaranya dalam pemilu.

Jadi kalau terjadi gesekan karena beda aspirasi dan pilihan dalam pilpres maupun pilkada, menjadi aneh.

Lagi pula, sekalipun beda afiliasi, beda pilihan, beda pendapat dan pandangan, tidak lantas menimbulkan gesekan, apalagi perpecahan.

Bukankah menghargai perbedaan adalah bagian dari upaya memperkokoh persatuan di atas keberagaman negeri kita, sebagaimana ajaran luhur nilai- nilai falsafah bangsa, Pancasila. (jokles)

Tags:
Bercerai Kita BerantakanSental-Sentilkesatuanfalsafah bangsapancasilasaling menghargaibeda pendapat tak jadikan perpecahan

Administrator

Reporter

Administrator

Editor