Ini Tanggapan Pakar Sosiolog Terkait Polisi Terluka Dikeroyok Anggota Ormas Saat Demo di Gedung DPR

Kamis 25 Nov 2021, 22:03 WIB
Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila (MPC PP) Kota Tangerang, Mulyadi. (foto: fernando toga/poskota.co.id) 

Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila (MPC PP) Kota Tangerang, Mulyadi. (foto: fernando toga/poskota.co.id) 

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Satu anggota polisi terluka setelah mendapat tindakan kekerasan dari organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila saat sedang melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Kamis (25/11/2021).

Polisi berpangkat AKBP bernama Karo Sekali itu terluka pada bagian kepala akibat benda tumpul setelah dikeroyok oleh sejumlah ormas yang sedang melakukan aksi unjuk rasa.

Menanggapi hal itu, Pakar Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Evy Clara mengatakan ketika suatu kelompok melakukan kegiatan gerakan sosial biasanya ada yang melakukan provokasi.

"Ketika melakukan geralan sosial dalam bentuk unjuk rasa nah kelompok itu biasanya diprovokasi oleh yang minta melakukan demo," ujarnya dikonfirmasi Kamis (25/11/2021).

Menurut Evy, keributan bisa terjadi karena adanya penghalauan massa yang dilakukan oleh pihak kepolisian.

Kemudian karena kelompok massa tersebut sudah emosi, maka kemudian terjadi tindakan agresifitas dan polisi menjadi sasaran.

"Mereka pasti ga boleh masuk, namanya massa kolektif tadi pasti kan dihalau kepolisian," paparnya.

Diketahui, 21 anggota ormas diamankan karena kedapatan membawa senjata tajam (sajam) saat melakukan aksi unjuk rasa.

Evy menilai kelompok massa kolektif tersebut memperalat dirinya dengan membawa sajam dengan tujuan untuk membela diri.

"Jadi massa yang perilaku kolektif ini pasti punya tujuan membawa senjata tajam, ga ada pakai tangan kosong," ucapnya.

Kemungkinan, kata Evy, aksi unjuk rasa yang dilakukan ormas tersebut dipicu karena adanya gesekan-gesekan antara kelompok massa dengan polisi.

"Mungkin mereka (ormas) lebih dulu entah lempar batu entah melukai atau agresifitas ya polisi menjadi emosi. Kadang kita tuh pasti kalau ada gerakan sosial itu pasti menimbulkan kerusuhan, kerusuhan yang anarkis pasti ada korban," tambahnya.

Adapun terkait tindakan penghalauan yang dilakukan aparat kepolisian, kata Evy, merupakan suatu bentuk yang normal, terlebih dalam aksi unjuk rasa.

"Nanti ujung-ujungnya dibilang pelanggaran HAM. Ya kita maklumi lah aparat kepolisian dia juga manusia dia punya emosi, kalau diserang tentu akan balas," tuturnya.

"21 orang yang diamankan itu perly diselidiki apa tujuannya," pungkas Evy. (cr01)

Berita Terkait

News Update