Mengadu Domba

Selasa 23 Nov 2021, 09:30 WIB
Mengadu Domba. (Kartunis/Poskota.co.id/Sental-Sentil)

Mengadu Domba. (Kartunis/Poskota.co.id/Sental-Sentil)

“KAKEK, apa benar kita tidak boleh mengadu?” kata sang cucu kepada kakeknya.

Kakek : “Mengadukan sesuatu hal, boleh saja. Asal yang diadukan perihal yang sesuai fakta, untuk kebaikan bersama, bukan mengada – ada. Apalagi mengadu domba, itu dilarang cucuku”

Cucu : “Kenapa mesti adu domba kek?”

Kakek pun menjelaskan. Adu domba itu istilah atau ungkapan terhadap orang – orang yang suka mengabarkan keburukan seseorang kepada orang lain. Tentu kabar buruk itu ditebarkan karena karena didasari oleh ketidaksukaan.

Di dalam adu domba itu ada upaya menghasut sehingga orang yang semula sepaham dan sehaluan menjadi berseberangan. Orang yang tadinya kawan menjadi lawan, saling bertentangan akhirnya menimbulkan pertikaian, perselisihan dan permusuhan.

Karenanya, adu domba perbuatan yang tidak dibenarkan, tak sesuai dengan etika dan moral bangsa kita yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, meski beragam latar belakangnya.

Agama apapun melarang umatnya untuk mengadu domba, baik melalui kabar bohong, hasutan dan fitnahan. Adu domba bukan saja tercela, juga perbuatan dosa seperti lirik lagu “Adu domba” yang dinyanyikan Rhoma Irama seperti berikut: Adu domba, adu domba, mengadu domba. Sungguh suatu dosa
Adu domba, adu domba, mengadu domba. Perbuatan tercela.

Cucu menyela: “Wah kakek hafal lagunya bang Rhoma Irama?

Sambil tersenyum kakek menjawab. Bukan begitu. Itu lagu religi yang penuh arti karena memberi edukasi kepada kita semua.

Diibaratkan, demi keuntungan,domba jadi korban, demi kesenangan, domba kesakitan. Yang mengambil keuntungan yang mengadu domba, sementara kerugian sangat diderita oleh yang diadu domba.

Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk mengadu domba. Bisa untuk kepentingan bisnis dan politis. Tujuannya agar persekutuan bisnisnya melemah, kekuatan parpol menjadi keropos, tidak solid lagi karena terdapat pertentangan di lingkup internal partainya.

Di era sekarang, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, mengadu domba dengan mudah dapat dilakukan. Bisa melalui kabar bohong, hoax, konten yang diciptakan dengan mengemas narasi tertentu guna menarik perhatian publik.

Untuk mengkonter informasi yang menyudutkan ini, perlu diciptakan keseimbangan. Bisa melalui klarifikasi dan semacamnya.Tetapi akan lebih baik kita semua tidak menciptakan adu domba. Tidak pula menebar berita bohong, keburukan yang akan memecah belah persatuan.

Di era sekarang ini, hendaknya kian perkokoh persatuan, saling tolong menolong, saling membantu dan saling peduli.

Yah, peduli juga untuk saling mengingatkan untuk menebar kebaikan. Bukan menebar fitnah dan mengadu domba.

Untuk melawan berita hoax banyak dilakukan dengan berbagai cara. Dalam dunia digital dikenal  cyber army seperti yang sedang digagas MUI DKI Jakarta. Cyber army dimaksud untuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar, guna menangkal dan meluruskan berita bohong, fitnah dan adu domba. Berita – berita yang mendiskreditkan ulama dan umat Islam.

Di sisi lain, membela dan membantu Anies Baswedan dari ‘serangan‘ buzzer. Tentu, dimaksudkan dalam hal kebijakannya selaku Gubernur DKI. Ini tak lepas karena MUI DKI sebagai mitra kerja Pemprov DKI.

Soal ini kemudian menuai kontroversi.

Beda pendapat tidak dilarang, yang tidak dibenarkan, jika tidak menghargai perbedaan. (Jokles)

Berita Terkait

Masa Sih... Punya Hobi Korupsi

Sabtu 27 Nov 2021, 06:47 WIB
undefined

News Update