ADVERTISEMENT

Ada Wapres, Tapi Bubarkan MUI

Selasa, 23 November 2021 06:00 WIB

Share
Majelis Ulama Indonesia. (foto: ist)
Majelis Ulama Indonesia. (foto: ist)

Oleh Winoto, Wartawan Poskota

PERKEMBANGAN mutakhir soal Majelis Ulama Indonesia (MUI) begitu memanas. Hal ini terutama setelah ditangkapnya tiga tokoh dakwah oleh Densus 88 yang diduga sebagai tokoh yang terkait terorisme.

Yang berhubungan dengan MUI adalah nama Dr Zain an-Najah yang merupakan anggota Komisi Fatwa MUI.

Setelah penangkapan ini tanggapan di masyarakat langsung terpecah lebar. Satu sisi dengan tegas menyatakan, MUI telah disusupi teroris, di pihak lain setengah tidak percaya, dan Densus 88 hanya mengejar-ngejar tokoh Islam.

Apa yang terjadi di MUI ternyata masalah yang sangat sensitif, pengaruhnya bisa melebar kemana-mana. Tanggapan masyarakat juga langsung bernada politis, nyinyiran bermunculan, dan nadanya sangat keras.

Muncul tagar Bubarkan MUI, individi-individu banyak juga mencemooh MUI, di medsos. Misalnya bernada: Indonesia Damai Tanpa MUI dan FPI. Masih banyak lagi contoh kalau ditelusuri.

Kalau merunut ke belakang, sebelum ada penangkapan tersebut, ada pernyataan-pernyataan yang keras juga, di antaranya dari politisi Fadli Zon yang meminta agar Densus 88 dibubarkan.

Kemudian, saat membuka Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke VII tahun 2021, (9/11/2021), Wapres KH Ma’ruf Amin meminta jangan sampai ada komisi fatwa MUI yang menetapkan fatwa tanpa berlandaskan sistem dan prosedur (sisdur).

Setelah itu, terjadilah penangkapan terhadap tiga tokoh Islam, tokoh dakwah, yakni Ustaz Farid A Okbah, Dr Zain an-Najah, dan Anung Al-Hamat.

Kita tidak tahu pasti apakah ketiga hal tersebut berkaitan. Namun, kalau masyarakat luas membaca, bisa saja mencoba menganalisis dan mengkait-kaitkan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT