ADVERTISEMENT

MPR: Sulit Mencari Capres yang Semangat Juangnya Seperti Tokoh Perjuangan 1945

Senin, 15 November 2021 20:32 WIB

Share
 Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad dalam diskusi 4 Pilar MPR  bersama anggota DPR  Herman Khaeron dan  pakar politik Brian Siti Zuhro. (rizal)
 Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad dalam diskusi 4 Pilar MPR  bersama anggota DPR  Herman Khaeron dan  pakar politik Brian Siti Zuhro. (rizal)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Diakui atau tidak, saat ini cukup sulit mencari tokoh dengan semangat juang tinggi untuk kepentingan bangsa dan negara seperti di era perjuangan Kemerdekaan. 

Demikian dikatakan Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad dalam diskusi 4 Pilar MPR  bertema "Menebar Nilai Kepahlawanan dalam Kontestasi Politik Nasional" bersama anggota MPR RI dari Fraksi Demokrat Herman Khaeron, pakar politik Brian Siti Zuhro di Gedung MPR RI, Senayan Jakarta, Senin (15/11/2021). 

Meski begitu, katanya, bukan berarti  tidak ada tokoh. Hanya saja tokoh di daerah itu kurang dipromosikan oleh media ke tingkat nasional.

"Sulit mencari tokoh yang semangat juangnya seperti dalam perjuangan kemerdekaan 1945. Terlebih untuk sosok yang akan dijadikan capres dalam kontestasi politik 2024. Ditambah lagi pemilu diwarnai money politics, dan sebagainya, sehingga makin sulit mencari sosok pahlawan saat ini," kata Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad.

Fadel menyebut  media bisa mempromosikan tokoh-tokoh pejuang daerah yang bagus ke timgkat nasional. "Jadi, bukan tidak ada tokoh dan pejuang inspiratif dari daerah, melainkan hanya kurang dipromosikan oleh media. Mereka ini seolah dibatasi oleh politik yang ada," tukasnya.

Fadel menjelaskan,  seseorang bisa disebut pahlawan itu tentu yang memiliki nilai-nilai kepahlawanan dalam bekerja, berprestasi, berpengaruh, berkomitmen dan kosnsisten untuk memperjuangkan kepentingan bansga dan negara, menjadi panutan di daerah, dan merepresentasikan Indonesia. 

"Nah, tinggal media mengangkat, mempromisikan ke tingkat nasional,” tambahnya. 

Sementara Siti Zuhro meminta masyarakat tak terus-menrus dipaksa, didekte untuk memilih capres yang disodorkan oleh partai. Misalnya, tiba-tiba ada lembaga survei menyodorkan capres itu-itu saja, tanpa melalui proses yang mencerdaskan.

 “Masyarakat harus kritis, tak boleh ada distorsi seperti pemilu sebelumnya dimana hasil pemilu sudah diketahui sebelum pelaksanan pemilu itu selesai,” ungkapnya.

"Kita harus mencari capres yang benar-benar merepresantasikan kemajemukan Indonesia, memiliki leadership, berpihak pada negara, tegakkan NKRI, nasioanlisme, memahami Indonesia dan sebagainya. Jika tidak, kasihan negara ini karena akan tertinggal di Asia Pasifik," beber Siti Zuhro.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT