“BAGUS juga pentas ketoprak lakon Gajah Mada yang diadakan Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan ini.” Begitu komentar spontan penggemar pentas sporadis seni budaya tradisional Indonesia, Mariza Hamid usai nonton ketoprak di Gedung Pertunjungan Wayang Orang Bharata, Pasar Senin, Jakarta Pusat, Sabtu malam, 6 November 2021 lalu.
Kami, terdiri dari antara lain, Mariza, fotografer Sucipto, Azisoko Dimas Harmoko (penulis artikel di Poskota) , Dian (designer merchandise PDI Perjuangan) diundang khusus nonton perhelatan perdana setelah dua tahun gedung berusia hampir setengah abad itu ditutup dari kegiatan pentas seni akibat pandemi covid 19 sejak awal 2020 lalu.
Dalam sambutan membuka pentas ini, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto tak lupa menyebut nama Mas Dimas Harmoko yang ikut hadir di gedung yang berdiri 1972 tersebut.
Hasto mengatakan seni budaya ketoprak adalah warisan bangsa yang tidak lekang oleh waktu dan akan terus berkembang serta perlu direvitalisasi untuk menegakan kepribadian Indonesia. Hasto juga mencatat PDI Perjuangan adalah satu-satunya partai saat ini yang sejak awal memiliki Badan Kebudayaan Nasional.

Ilustrasi. (ucha)
Dalam pentas ini, Penguasa Tertinggi Majapahit ketiga (1328 - 1350), Tribuwana Tungga Dewi Maharaja Jayawisnu Wardhani dan Patih Gajah Mada mempersatukan tanah Nusantara. Gajah Mada sempat bersumpah untuk menyumbangkan jiwa raganya demi persatuan dan kesatuan bangsa ini, selaras di kemudian hari dengan Sumpah Pemuda yang dikumandangkan 28 Oktober 1928 lalu.
Hasto serta Ketua Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan Aria Bima dan Sekretaris BKN Pusat PDIP, Rano Karno sempat tampil dalam adegan pemunculan para punakawan kerjaan Majapahit.
Di acara penampilan para punakawan yang “kocak” ini banyak penonton melemparkan “saweran”. Para pemain ketoprak ini banyak yang ganteng dan cantik. “Ada yang bodinya bahenol dan sekel seperti pelatih renang perempuan,” celetuk Mariza. (ciamik)