Cucu: “ Kalau begitu sumurnya harus lebih banyak lagi dong kek?”
Kakek: “Mestinya begitu. Jika tidak, limpasan air hujan akan menyebabkan banjir. Belum lagi jika ada air kiriman dari daerah lain. Menurut informasi, di Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia, dibutuhkan sekitar 1,8 juta sumur resapan sebagai satu upaya mencegah banjir.
Cucu: “ oh jadi kalau ada kota yang sering kebanjiran karena tidak punya sumur resapan ya kek?”
Kakek pun menjelaskan. Bukan begitu. Banyak faktor yang menyebabkan banjir. Selain karena daerahnya landai, permukaan tanah lebih rendah dari tinggi permukaan air laut. Juga , tadi lahan pekarangan, sawah sudah berubah menjadi beton bangunan untuk hunian, pabrik, industri dan jalan – jalan. Lahan resapan berkurang.
Jika musim hujan akan kebanjiran, apabila musim kemarau terjadi kekeringan karena itu tadi, air tidak meresap ke tanah sebagai sumber air. Mau meresap kemana wong tanahnya sudah beraspal, sudah jadi beton.
Karena itu, salah satu upaya melestarikan air tanah dengan membuat sumur resapan yang berfungsi sebagai tempat menampung dan menyimpan curahan air hujan. Dengan begitu risiko banjir lebih kecil, setidaknya berkurang.
Dengan adanya sumur resapan, maka jumlah air hujan yang meresap ke dalam tanah akan lebih banyak dan dapat menambah kandungan air tanah yang sangat diperlukan ketika musim kemarau.
Berarti sumur resapan berfungsi ganda, setidaknya untuk mengurangi risiko banjir dan menambah kandungan air tanah- konservasi air tanah.
Untuk kota – kota besar seperti Jakarta, bukan cuma butuh banyak sumur resapan, tetapi penempatan sumur resapan yang tepat dan bermanfaat untuk lingkungan. Kurang cermat memilih lokasi akan menimbulkan kontroversi.
Yang pasti, sumur resapan bukan satu- satunya cara mencegah banjir. Masih cukup banyak upaya yang lain, termasuk tertib lingkungan untuk tidak membuang sampah sembarangan. (jokles)