SATU kerajaan antah berantah, baginda raja punya dua putra. Dikisahkan bahwa mereka punya tabiat yang berbeda, satu baik dan satu buruk.
Sayangnya yang buruk itu justru disandang oleh sang kakak. Tabiat yang sedemikian itu, dibaca oleh sang raja, maka dari itu ayahnya lebih memilih sang adik sebagai putra mahkota.
Jadi bisa dibayangkan apa jadinya nanti. Karena sang kakak yang ambisi tersebut justru sudah siap-siap sejak remaja ingin berkuasa.
Untuk itu dia minta bantuan kepada iblis yang selama ini dikurung dalam lukisan kakek mereka.
Satu ketika pangeran pertama ini masuk dalam paviliun tempat lukisan sang kakek, tiba-tiba terjadi kebakaran sehingga iblis pada keluar dari lukisan dan merasuki beberapa orang. Nah, dengan kekuatan iblis itu orang bisa melakukan kejahatannya.
Begitulah kisah cinta yang romantis dengan latar belakang perebutan kekuasaan. Seperti cerita sebelumnya, bahwa yang baik itu si adik yang bakalan menang.
Ini kisah fiktif hitam putih, baik buruk yang ada dalam diri manusia. Siapa saja, tentu bagi mereka yang tak mampu menahan diri.
Ambisi, serakah, dan sirik merasuk memenuhi benak manusia sehingga tidak mampu berpikir baik. Misalnya, nggak peduli kalau sudah ingin, mau menguasai, bahwa yang dilawan adalah ayahnya, orang tuanya.
Ada yang begitu dalam dunia nyata? Banyak, ya. Banyak anak yang melawan orang tuanya, sadar atau tidak mereka sebenarnya melakukan perbuatan yang sangat menyakitkan orang tuanya.
Lihat juga video “Headline Harian Poskota Edisi Selasa 9 November 2021”. (youtube/poskota tv)
Beberapa peristiwa, anak yang melawan akan sampai menyakiti dan membunuh orang tua kandungnya.
Anak tega membunuh ayah atau ibu kandungnya, karena berbagai sebab-musabab. Ada yang berebut warisan, minta dibelikan motor. Ada juga sebab yang sepele karena dimarahi.
Dari segi kejiwaan, anak yang berani sampai membunuh orang tuanya bisa jadi karena sakit jiwa.
Nah, yang waras, kenapa juga bisa melakukan hal yang keji pada orang tuanya.
Ya, bisa juga karena emosi yang tak bisa terkendali, marah dan membabi buta, juga karena dikuasai iblis, seperti kisah drakor di atas.
Seyogyanya anak tidaklah boleh melawan orang tua, apalagi sampai menyakiti.
Dalam adat atau agama dengan sangat tegas bahwa jika itu dilakukan maka akan dicap sebagai ‘anak durhaka’!
Apa artinya? Semua paham, durhaka adalah satu dosa besar, yang bakalan dapat sengsara dunia akhirat. Pokoknya jauh dari nikmat surga.
Mau begitu? (massoes)