Kuliah Umum Doni Monardo, Memukau Ratusan Calon Dokter (I)

Senin 08 Nov 2021, 13:01 WIB
Doni Monardo saat memberi kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan. (foto: ist)

Doni Monardo saat memberi kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan. (foto: ist)

Catatan Egy Massadiah

DONI Monardo langsung menebar senyum dan menghirup napas dalam-dalam, begitu memasuki halaman kampus (A) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), di bilangan Cirendeu, Ciputat. Pasalnya, ia melihat lingkungan kampus yang hijau karena ditanami banyak pohon. 

“Sekilas sudah bagus, yang perlu diperhatikan adalah penataannya. Saat ini karena musim hujan, tampak hijau, tapi kalau kemarau bisa kelihatan gersang. Untuk itu perlu penataan. Kalau perlu pohon tambahan, nanti saya kasih,” ujar Doni Monardo, disambut tepuk tangan dekan, kaprodi, dosen dan para mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) Universitas Muhammadiyah Jakarta UMJ, Rabu (3/11/2021) pagi.

Pagi itu Doni berada di kampus UMJ, memenuhi undangan Kaprodi Fakultas Kedokteran UMJ, untuk memberi kuliah umum dengan topik “Lingkungan yang Sehat untuk Tubuh yang Sehat”.

“Ini adalah kuliah pertama di masa pandemi. Tema kuliah umum selalu mengambil topik di luar ilmu kedokteran secara khusus, tetapi terkait dengan kebutuhan mahasiswa,” ujar Ani Hasibuan, sang tuan rumah. 

Ani dalam kata pengantarnya juga mengatakan, Doni Monardo bukanlah ahli lingkungan, sebab dididik dan berkarier di dunia militer. 

“Yang menarik, kiprah beliau di bidang lingkungan sangat luar biasa dan mendapat pengakuan banyak pihak. Dedikasinya terhadap lingkungan adalah inspirasi buat kalian para mahasiswa saat kelak terjun ke medan tugas sebagai dokter,” ujar dr Ani yang terkenal karena mengkritisi banyaknya kasus kematian petugas KPPS pada Pemilu 2019 itu.

Doa bagi Syuhada

Usai sambutan Dekan FKK UMJ, Dr dr Muhammad Fachri, Sp.P, FAPSR, FISR serta perkenalan oleh moderator dr Muhammad Dwi Putra, Doni pun menuju mimbar. Kuliah umum yang dilaksanakan secara daring sekaligus luring itu, diikuti tak kurang dari 450 an peserta. Jumlahnya akan lebih besar jika ditambah dengan yang menyaksikannya lewat live-streaming akun YouTube FKK UMJ.

Kehadiran jenderal purnawirawan bintang tiga ke lingkungan kampus, utamanya ke lingkungan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, tentu menjadi magnet tersendiri. Ditambah nama Doni Monardo yang diketahui publik sebagai Kepala BNPB merangkap Ketua Satgas Covid-19 (2019 – 2021).

“Tanggal 24 Oktober lalu kita merayakan Hari Dokter. Saya minta hadirin semua berdiri, kita berdoa sejenak untuk para dokter dan para tenaga medis yang telah gugur dalam tugas-tugas kemanusiaan,” ujar Doni Monardo di awal kuliah umumnya.

Spontanitas Doni tadi benar-benar menghanyutkan suasana. Lebih dari itu, sangat menyentuh hati para dokter dan mahasiswa kedokteran yang mengikuti acara itu, baik langsung maupun secara daring.

Kuliah umum “Lingkungan yang Sehat untuk Tubuh yang Sehat” diawali Doni dengan sentuhan aspek spiritual.

“Selama ini kita banyak mendapatkan pencerahan dari para ustadz dan guru-guru agama kita, mengenai hablum minallah dan hablum minannas. Masih ada satu hal lagi yang tidak boleh kita lupakan, yaitu hablum minal alam. Manusia harus menjaga keseimbangan hubungan dalam hidupnya. Baik kepada Tuhan, kepada sesama, juga kepada alam atau lingkungan,” ujar pria berdarah Minang kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu.

Persoalan kesehatan dan lingkungan, sudah ada sejak awal peradaban manusia. Kini, persoalan berkembang semakin kompleks. Termasuk di bidang kesehatan, seperti adanya wabah Covid-19. Meski kalau kita buka buku sejarah, kita pernah mengalami pandemi flu Spanyol tahun 1916-1917, kira-kira seabad lalu. “Apakah ini siklus alam?” tanya Doni.

Baca Juga:

Saat terjadi wabah flu Spanyol, bangsa kita masih dalam cengkeraman penjajahan. Dari dokumen yan ada, korban di Hindia Belanda mencapai 13 persen dari populasi penduduk. Angkanya, sekitar 4 juta meninggal dunia, dari 35 juta penduduk saat itu. Korban terbesar ada di Madura dan Jawa Timur. Di susul Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara, saat ini).

Selain Flu Spanyol, kita juga pernah mengenal wabah lain seperti kolera, disentri, cacar, dan lain-lain. Kini, selain Covid-19, dunia kesehatan juga menghadapi lonjakan angka autis dan stunting.

“Khusus stunting, ini adalah tantangan kita bangsa Indonesia bagaimana menguranginya,” kata Doni.

Persoalan lain, adalah ketimpangan jumlah dokter. Kelihatannya Indonesia memiliki banyak dokter. Tetapi jika dihitung rasio menurut standar WHO yakni 1 orang dokter untuk 1.000 penduduk.

Di Indonesia, hanya DKI Jakarta saja yang mendekati rasio tersebut, yaitu 1:1.765 jiwa.

“Akan tetapi di luar Jawa, rasionya masih satu berbanding lima ribu jiwa lebih. Apalagi kalau kita pergi ke daerah terpencil, bisa dipastikan tidak ada dokter di sana,” kata Doni yang 50 persen karier militernya dihabiskan di medan operasi.

Kelor dan Ikan Gabus

Kembali ke persoalan stunting, Doni menyebut alternatif penanganan yang sebenarnya bisa dilakukan. Antara lain melalui perbaikan lingkungan, sanitasi, dan gizi wanita di saat hamil, secara bersamaan. 

“Bisa juga melalui asupan daun kelor. Adik-adik mahasiswa, jujur saja, apakah ada yang pernah makan daun kelor? Atau bahkan ada yang sama sekali tidak tahu daun kelor? Hayo, yang jujur ngaku tidak tahu daun kelor tunjuk tangan jangan malu, nanti saya beri hadiah,” ujar Doni, mengintermezo suasana.

Kuliah umum hari itu benar-benar bernas. Bukan saja diberikan oleh seorang jenderal, penggiat lingkungan, lebih dari itu, Doni Monardo adalah penyandang gelar Doktor Honoris Causa dari IPB University di bidang Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. 

Bisa dipastikan, ilmu dan pengetahuan Doni untuk topik yang dikuliahkan, tidak akan habis satu semester. Akhirnya, pengalaman-pengalaman pribadi di bidang lingkungan, oleh Doni hanya bisa disampaikan laiknya kilasan peristiwa. 

Ia memberi contoh aktivitasnya pekan lalu. Tiga hari ia masuk ke pedalaman Kalimantan Tengah, menuju Katingan. 

“Lahan gambut yang dikelola dengan baik, akan meminimalisir kebakaran hutan. Sedangkan, budidaya ikan gabus di dalamnya, bisa memberi asupan nustrisi bagi masyarakat. Mengonsumsi ikan gabus, bisa mencegah stunting,” papar Doni.

Di lokasi pedalaman Kalimantan Tengah, juga menjanjikan sektor pariwisata petualangan yang sangat eksotik.

“Selama di sana, HP kami simpan. Soalnya tidak ada sinyal,” ujar Doni sambil tertawa.

Ia melanjutkan, “Kami tidur di atas perahu di perairan sekitar lahan gambut, dikelilingi hutan perawan. Sungguh sebuah pengalaman berwisata yang sangat mengesankan. Para turis, utamanya turis asing, sangat menyukainya.”

Inisiatif dan inovasi masyarakat, bahkan berhasil mendapatkan albumin. “Saudara-saudara mahasiswa kedokteran tahu persis apa itu albumin dan manfaatnya,” kata Doni.

Albumin digunakan untuk mengatasi hipoalbuminemia, yaitu rendahnya kadar albumin dalam darah. Albumin juga digunakan untuk menangani syok hipovolemia akibat cedera atau luka bakar yang parah. Albumin merupakan protein utama di dalam darah manusia.

Inovasi masyarakat yang sudah dimulai di Siak Riau, yang menghasilkan ekstrak untuk mendapatkan albumin tadi, bahkan memperoleh penghargaan saat dipresentasikan di MIT (Massachusetts Institute of Technology), Amerika Serikat.

“Sungguh luar biasa,” tambahnya. Hal serupa kemudian dirintis juga di Katingan Kalteng.

Doni berharap, pengelolaan lahan gambut dibarengi budidaya ikan gabus, bisa dikembangkan. Jika itu dilaksanakan, kebakaran hutan bisa ditekan.

“Api hanya takut satu, yaitu takut air. Manakala lahan gambut dikeringkan, ia akan mudah terbakar, tetapi selama lahan gambut tetap basah, dijadikan rawa-rawa, api tidak akan bisa menyentuh,” ucap Doni.

Diilustrasikan, dampak kebakaran lahan gambut sangat serius. Jika gambut sudah terbakar, sangat sulit dipadamkan, tidak bisa juga menggunakan water bombing.

“Tahun 2015, kebakaran hutan di Indonesia khususnya gambut, mencapai 2,6 juta hektare. Kerugian ekonomi yang dievaluasi World Bank mencapai 16 miliar dollar AS. Lebih besar dibanding kerugian ekonomi akibat tsunami aceh tahun 2004 lalu,” papar Doni, fasih.

Bukan hanya itu. Emisi karbon yang dihasilkan selama kebakaran gambut tahun 2015, oleh sejumlah ahli disebutkan, sama besarnya denga emisi dunia selama setahun.

Ratusan ribu orang mengalami gangguan pernapasan. “Bersyukur dua tahun terakhir el nina tidak melanda wilayah Indonesia. Yang kita hadapi cuaca el nina, yang faktor basahnya lebih banyak. Saya tak bisa membayangkan, kalau kita menghadapi dampak el nina, Covid-19, dan karhutla sekaligus,” katanya.

Lain stunting, lain pula autis. Tahun 80-an, masih jarang kita dapati anak autis. Sekarang, sekolah autis ada di mana-mana, dan terbanyak di wilayah Jakarta Utara. Doni menengarai, wilayah Jakarta Utara dekat dengan laut yang tercemar. Baru-baru ini ada sebuah penelitian di Teluk Jakarta yang menyebutkan tingginya tingkat pencemaran di sana. 

“Hasil penelitian, air di Teluk Jakarta mengandung aneka logam berat, merkuri, kadmium, timbal, dan lain sebagainya. Itu terjadi karena seluruh limbah daratan dilepas ke laut lewat sungai-sungai. Termasuk limbah rumah sakit,” ujar Doni prihatin.

Gunakan Tumbler

Doni mempertanyakan, mengapa bangsa Indonesia yang mayoritas Islam, angka perusakan lingkungan masih sangat tinggi. Padahal, Islam adalah rahmatan lil alamin. Rahmat bagi seluruh alam semesta.

Terungkap! Showroom Tempat Vanessa dan Bibi Beli Mobil Pajero, Bahkan Sudah Pesan 1 Mobil Baru lagi yaitu Alphard”. (youtube/poskota tv)

Para peserta kuliah umum, oleh Doni Monardo diminta menjadi motor perubahan perilaku. Cegah masyarakat membuang sampah ke sungai. Kurangi penggunaan plastik, karena plastik menjadi penyebab kerusakan ekosistem di banyak negara termasuk Indonesia.

“Karena itu, ke mana-mana saya membawa tumbler. Saya antiminuman dalam kemasan plastik. Bisa ditelusuri, di mana pun saya bertugas, dalam setiap acara yang saya selenggarakan, tidak saya sediakan minuman dalam kemasan plastik, melainkan kami sediakan minum dengan gelas,” ujar Doni, seraya menambahkan, “ini hal yang sederhana tapi sering luput dari perhatian kita.”

Karena itu, Doni berpesan kepada para calon dokter peserta kuliah umum hari itu. “Dokter tidak cukup hanya mengobati pasien, tapi juga menyampiakan pesan tentang pentingnya menjaga kesehatan,” tegasnya.

Artikel ini bersambung. Untuk melihat sambungannya silakan klik: "Kuliah Umum Doni Monardo, Memukau Ratusan Calon Dokter (II/Habis)".

(*)

Berita Terkait

News Update