TIDAK seperti biasanya, cucu sang kakek pulang sekolah nyelonong masuk ke dalam rumah, tanpa berucap salam dan cium tangan sama kakeknya.
Sang kakek yang melihat perilaku cucunya tidak seketika menegurnya, apalagi memarahi. Tetapi membiarkan hingga cucunya ganti pakain, terus makan.
Begitu suasana sedikit reda, sang kakek bertanya kepada cucunya. "Tumben, kamu pulang ga ceria, malah cemberut, muka pun seperti ditekuk?”
Cucu: “Lagi kesel kek..”
Kakek: “Kesel sama kakek?”
Cucu: “Engga..”
Kakek: “Loh kalau nggak kesel sama kakek, cium tangan dong..”
Sang cucu pun segera cium tangan kakeknya sambil mengatakan” Saya kesel sama temen, kalau ga dipisah bisa berantem..”
Kakek : “Loh memangnya kenapa?”
Cucu pun menjelaskan kalau dia membela temannya yang dihina dan diperlakukan kasar. “Mentang – mentang anak pejabat, sok jagoan, suka nyuruh pakai maksa segala. Kalau menolak, dibentak – bentak, diperlakukan kasar sampai temannya menangis. Kasihan kan kek. Cucu kasih tahu jangan kasar sama temen, eh.. malah ditantang berantem,” kata sang cucu.
Kakek: “Apa yang kamu lakukan sudah betul, mengingatkan hal – hal yang buruk. Tetapi sebatas mengingatkan, dan jangan terbawa emosi. Sebab, kalau sampai kamu marah, sama saja kamu juga ingin tampil menjadi jagoan”