TIDAK dapat dipungkiri, upaya mengendalikan kasus Covid-19 di tanah air semakin membaik. Tak hanya mengerem laju penyebaran,menurunkan tingkat penularan, menurunkan angka kematian, juga meningkatkan angka kesembuhan.
Tak kalah pentingnya adalah upaya mempercepat capaian vaksinasi, dengan menyasar 208.265.720 orang yang menjadi target vaksinasi.
Sasaran vaksinasi ditujukan kepada tenaga kesehatan , petugas publik, lanjut usia, masyarakat rentan, masyarakat umum, termasuk ana- anak usia 12-17 tahun.
Kita masih ingat, program vaksinasi di tanah air mulai dilakukan pada Rabu(13/1/2021) pagi di Istana Negara. Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang disuntik vaksin dosis pertama buatan Sinovac, yang kemudian diikuti sejumlah pejabat, tokoh agama, organisasi profesi serta perwakilan masyarakat.
Sepuluh bulan program vaksinasi berjalan, hingga 7 Oktober 2021, jumlah penduduk yang sudah divaksin dosis pertama sebanyak 96.492.154 orang atau 46,33 persen. Untuk dosis kedua sebanyak 54.959.545 orang atau 26,39 persen.
Merujuk kepada ketentuan bahwa seseorang dinyatakan selesai divaksin setelah mendapat suntikan dosis kedua, maka capaian target vaksin dengan merujuk pula kepada jumlah orang yang telah mendapat vaksin dosis kedua, yakni 26,39 persen.
Melihat angka tersebut, berarti capaian vaksin masih jauh dari target yang ditetapkan. Baru seperempat lebih dari total penduduk yang menjadi sasaran target agar tercipta kekebalan kelompok.
Maknanya kekebalan kelompok belum tercipta secara keseluruhan. Boleh jadi beberapa daerah telah memenuhi capaian target, setidaknya melewati angka 50 persen. Tetapi, belum menjamin secara penuh telah tercipta kekebalan kelompok.
Berkaca kepada capaian target vaksin itulah, maka menambahkan unsur capaian target vaksin sebagai penentu naik turunnya level PPKM di setiap daerah, menjadi langkah tepat.
Ini, selain untuk memotivasi setiap daerah, juga tingkat kesadaran warga masyarakat guna menerima vaksin.
Yang perlu dilakukan gerakan vaksinasi tidak hanya terfokus pada kota – kota besar, meski kota besar apalagi wilayah aglomerasi perlu menjadi prioritas karena risiko penularan lebih tinggi, ketimbang non aglomerasi, lebih – lebih di kawasan pedesaan dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat rendah.
Kita tentu sependapat bahwa kawasan padat penduduk, utamanya di perkotaan perlu menjadi prioritas sasaran vaksinasi. Namun, kawasan pinggiran, di mana sebagian besar aktivitas masyarakatnya berkegiatan ( seperti mencari naskah) di kota –kota besar, perlu juga menjadi prioritas sasaran vaksinasi. Tentu dengan skala prioritas bagi masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi dalam kesehariannya.
Ini untuk mencegah terjadinya penularan, baik menulari atau ditulari.
Ingat! Penularan masih terjadi, setiap hari masih ada penambahan kasus baru di semua wilayah provinsi.
Cukup beralasan jika target harian capaian vaksinasi perlu digenjot lagi. (Jokles)