JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memberikan penjelasan terkait kapan sebenarnya pandemi Covid-19 akan berakhir.
Menurutnya, sebuah pandemi biasanya paling cepat akan berakhir setidaknya 5 tahun sejak awal dimulai.
Akan tetapi pada umumnya, Menkes Budi mengungkapkan paling lama bisa 10 tahun atau bahkan bisa juga ratusan tahun,
Menkes Budi tak lupa mengingatkan bahwa sebenarnya hingga saat ini belum ada seorang ahli yang bisa menjelaskan secara persis kapan pandemi Covid-19 akan benar-benar berakhir.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Menkes Budi saat menghadiri acara Seminar Sekolah Sespimti dan Sespimmen ke 61 tahun ajaran 2021 yang diselenggarakan secara daring lewat kanal YouTube Sespimlemdiklatpolri Polri.
"Ciri-cirinya pandemi hampir tidak ada yang selesainya cepat. Setahu saya yang paling cepat 5 tahun, tapi umumnya di atas 10 tahun bahkan sampai ada ratusan tahun seperti cacar dan polio," ujar Budi, Rabu (6/10/2021).
Selain itu, Menkes Budi juga masih meyakini pandemi Covid-19 ini bisa saja berubah menjadi endemi.
Namun hal tersebut hanya akan terjadi apabila pemerintah dan masyarakat mau saling bahu membahu menerapkan strategi seperti lebih gencar lagi melakukan testing, tracing, dan treatment (3T).
Tak lupa juga selain itu diterapkan dnegan disiplin aturan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Mantan wakil menteri BUMN itu juga yakin pandemi Covid-19 bisa berubah menjadi endemic di tahun 2022 mendatang.
Apa syaratnya? Yang terpenting adalah masyarakat dan pemerintah bisa menahan potensi lonjakan Covid-19.
Lonjakan atau gelombang ketiga Covid-19 memang diperkirakan masih sangat berpotensi terjadi pasca libur Natal dan Tahun baru.
"Kalau kita bisa memastikan Desember ini kita kontrol dengan baik, Januari-Februari kita aman,” imbuh Menkes Budi Gunadi.
“InsyaAllah ke depannya kita bisa hidup bersama dengan virus ini sehingga tahun depan keinginan pak presiden mengubah pandemi menjadi endemi, bisa," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, obat-obatan Covid-19 yang tengah diuji seperti Molnupiravir bersifat monoclonal antibodies.
Misalnya obat-obatan besutan produsen Ely lili, Renegeron, maupun Celltrion. Lalu ada juga obat-obatan yang bersifat antivirus misalnya Molnupiravir buatan Merck & Co, perusahaan Amerika Serikat.
"Obat-obatan tersebut sudah kita approach pabrikannya dan kita juga sudah merencanakan untuk beberapa sudah mulai uji klinis," ungkap Menkes Budi, Senin (4/10/2021).
Eks Direktur Utama Bank Mandiri ini berharap, uji klinis obat-obatan baru untuk pasien Covid-19 selesai akhir tahun 2021.
"Diharapkan di akhir tahun ini sudah bisa mengetahui obat-obat mana yang kira-kira cocok untuk kondisi masyarakat kita," harapnya.
Untuk diketahui, obat antivirus Covid-19 yang dikembangkan Merck & Co atau Pil Merck kini sedang jadi sorotan.
Pasalnya, molnupiravir diklaim jadi obat penangkal Covid-19 pertama yang siap minum, dan kabarnya memiliki manfaat kurangi tingkat keparahan hingga kematian pada pasien Covid-19. (cr03)