SEORANG anak bergerak lepas bersama teman-temannya. Bukan itu saja bahkan sembari bercanda, saling melemparkan kata-kata khas anak muda. Bisa kasar dan kadang sangat kelewat batas. Tapi nampaknya mereka asyik-asik aja, tuh!
Ya, begitulah anak-anak muda belia, yang lebih suka di luar rumah bergaul dengan sesama, lepas bebas tanpa beban. Nah, pertanyaannya adalah mengapa mereka ada di tempat itu? Dan bisa jadi TKP-nya adalah kadang tidak bisa dikatakan bagus, karena ada di atas jembatan, di trotoar, di gang atau syukur kalau punya uang bisa nongkrong di kafe kaki lima, ya karena nyaman.
Ini bisa jadi juga untuk menghindari ruang rumah mereka yang penuh dengan keributan. Orang tua yang saling marah. Bapak ibu marah-marah, dan termasuk kemarahan pun ditumpahkan kepada sang anak? Jadi untuk menghindari kegaduhan tersebut, si anak lebih suka kabur dari rumah dan bercengkerama dengan teman sebayanya.
Itu gambaran, betapa orang tak nyaman mendengar orang lain marah-arah, apalagi karena sebab musabab yang nggak jelas. Siapa saja yang suka marah, atau jadi orang pemarah, kayaknya nggak bikin nyaman orang sekelilingnya. Malah bisa jadi dihindari. “ Jangan dekat-dekat, dia pemarah. Kita nggak salah nanti bisa jadi kena sasaran kemarahannya!”
Seorang wanita, Menteri Sosial di negeri ini, misalnya, senang banget marah-marah. Nggak boleh bawahannya atau warga keliru sedikit saja, dia marah-marah. Kebiasaannya marah itu tentu saja bikin sebagian orang nggak suka, termasuk sesama pejabat. Soal aksi marahnya si ibu menteri ini memang nggak lihat tempat dan waktu, di mana saja. Sampai-sampai seorang gubernur pun merasa tersinggung ketika warganya dimarahi sang menteri tersebut. Kata Gubernur Gorontalo yang warganya kena semprot sang menteri, kalau warganya salah, ya koreksi bukan dimarahi begitu.
Sesungguhnya marah boleh saja, itu manusiawi. Marah karena kesal, kan boleh dilampiaskan. Tapi, kan juga nggak boleh kebablasan. Masa sih marah harus dihamburkan di mana saja? Lha, ya kasihan yang kena marah dong?
Tapi, bahwa orang pemarah bisa juga disebut penyakit? Karena sedikit sedikit marah. Nggak bisa kompromi, pokoknya harus marah. Dia pikir orang marah itu hebat, bisa memarahi orang? Nggak lah. Malah harus tahu, bahwa akibat kemarahan orang bisa jadi nggak simpatik. Bisa jadi akan menimbulkan rasa dendam. Kalau itu terjadi, bisa bahaya lah!
Jadi, ya tahan marahmu. Ganti dengan sabarmu! - massoes