POSKOTA.CO.ID - Ternyata seperti manusia, sapi bisa dilatih untuk buang air kecil di toilet yang telah disediakan oleh mereka para peneliti. Untuk apa tujuannya?
Melansir dari USA Today, bahkan seorang peneliti hewan asal Universitas Auckland di New Zealand mengatakan, melatih sapi untuk buang air di toilet jauh lebih cepat dibandingkan mengajarkan anak kecil berusia 2 sampai 4 tahun.
Melalui sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology, para peneliti sedang mencoba metode baru untuk potty training para sapi yang disebut MooLoo.
Peneliti pun mulai melatih para sapi ini untuk menggunakan teknik “MooLoo” atau mengajarkan para sapi ini untuk pergi ke toilet yang dibuat khusus untuk para sapi ini.
Para peneliti ini melatih 11 dari 16 sapi yang ada selama beberapa minggu.
Pelatihan ini dilakukan dengan memberi “hukuman” bagi para sapi yang buang air sembarangan selain di tempat yang telah disediakan.
Bagi sapi yang berhasil buang air di tempat yang benar, mereka akan diberi hadiah berupa barley atau jelai dan minuman yang manis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sapi sering sekali buang air kecil.
Satu ekor sapi dapat menghasilkan sekitar 8 galon urine per hari.
Environmental Protection Agency juga menemukan data bahwa pada 2019, nitrogen oksida menyumbang sebanyak 7 persen emisi gas rumah kaca di Amerika Serikat.
Urine memiliki kandungan nitrogen, dan ketika bercampur dengan feses menjadi amonia.
Hal ini kemudian menjadi masalah lingkungan, salah satu dampaknya terhadap lingkungan adalah mengakibatkan hujan asam.
Selain itu, urin yang tidak dikelola dapat mencemari air dengan nitrat serta menyebabkan polusi udara akibat nitrogen oksida.
Dengan melakukan pelatihan ini, besar kemungkinan untuk pengumpulan dan pengelolaan limbah mereka yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Melansir dari The Guardian, perkiraan awal para peneliti mengatakan bahwa jika 80% urine sapi dikumpulkan dari gudang, emisi amonia akan berkurang lebih dari setengahnya.
Agar pelatihan “MooLoo” menjadi praktik yang tersebar luas, pelatihan itu harus dapat berjalan secara otomatis.
“Kami ingin mengembangkan sistem pelatihan otomatis, sistem penghargaan otomatis,” ungkap Lindsay Matthews, salah satu peneliti yang menerapkan metode MooLoo dari Universitas Auckland. (Nelsya Namira Putri)