ORANG macam Pandiyo, 40, ini tegaan banget. Kok bisa ya, ABG Wiwik, 16, yang teman sekolah anaknya, disetubuhi juga dengan kedok terapi perdukunan.
Awalnya dia pakai pusaka keris Kyai Senggol Modod miliknya. Tapi lama-lama tak telaten juga, sehingga “keris” miliknya yang gantian beraksi.
Bila seks telah dijadikan panglima, orang mendadak bisa tegaan. Tak peduli itu siapa, asal tak terlihat siapa-siapa, langsung dijadikan pelampiasan nafsunya.
Demi tercapainya keinginan, berbagai cara penuh tipu dilakukannya.
Padahal setelah kesampaian dan kemudian jadi urusan polisi, barulah dia menyesal, kenapa berburu barang yang kenyal, padahal itu tidak halal.
Pandiyo warga Cepiring Kendal (Jateng), awalnya bekerja sebagai seniman barongan.
Tapi semenjak pandemi Corona, dia kehilangan job atau tanggapan, lantaran jarang orang punya gawe di rumah atau gedung.
Lalu dia putar otak, bagaimana cari lahan penghasilan baru yang menjanjikan?
Mau jadi Youtuber macam Refli Harun atau Deddy Corbusier, tak punya modal popularitas maupun uang kertas.
Akhirnya dia banting setir sebagai dukun atau pengobatan alternatip. Peluang ini yang masih memungkinkan.
Dan siapa nyana dan siapa menduga, tak jadi pemain Youtube malah jadi tukang ngentup (menyengat) macam lebah kepala hitam.
Untuk menjalani profesi baru memang perlu properti untuk mendukung penampilan.
Selain kembang dan kemenyan, baju hitam mirip koko dan destar, juga kalung dan keris Kyai Senggol Modod miliknya.
Ini keris bertuah warisan keluarga. Meski tak pernah diwarangi atau dicuci setiap bulan Suro, keris ini bisa modod manakala disenggol.
Kaya Pandiyo, keris ini lebih berkasiat ketimbang keris Nagasasra atau Sabuk Inten milik Mahesa Jenar tokoh dunia silat Jawa versi SH Mintardjo.
Sejak setahun lalu memproklamirkan diri sebagai dukun, rejeki mulai berdatangan.
Rupanya “idu bacin”-nya manjur juga, sehingga banyak orang yang memanfaatkan jasa Mbah Pandiyo, demikan sebutan belakangan.
Ada saja yang datang atau memanggilnya ke rumah. Pokoknya keris Kyai Senggol Modod selalu menemani.
Endang, 16, anak gadisnya yang baru duduk di SMA, punya kenalan teman sekolah namanya Wiwik.
Gadis ABG ini sedang dirundung masalah karena kekasihnya mulai menjauhi.
Wiwik yang kadung demen pada kekasih, jadi sedih karena takut ditinggalkannya, sebab sicowok sudah pernah memberinya DP nol rupiah.
Endang lalu menyarankan untuk konsultasi pada ayahnya yang jadi paranormal.
Ternyata mau, sehingga Wiwik diajak ke rumahnya untuk diperkenalkan pada Pandiyo dukun nan sakti itu.
Ketika ABG itu mulai curhat tentang masalahnya, Mbah Pandiyo langsung menukas, “Ah, kecil itu. Tak tirakati pacarmu pasti balik lagi, nempel kayak dilem Takol.....”
Wiwik lalu diajak masuk ke kamar prakteknya. Properti perdukunannya dikeluarkan semua, termasuk keris Kyai Senggol Modod.
Keris model gayaman dan jenis ladrang (lurus) itu ditunjukkan pada Wiwik, bahwa di masa lalu keris ini telah makan korban pendita sanga.
Selanjutnya Wiwik diminta berbaring sambil dipijit Mbah Pandiyo.
Setelah ngemek-emek tubuh Wiwik, Mbah Pandiyo serasa berkata, “Pacarmu akan segera kembali, harus disarati dengan persetubuhan antara kamu dengan saya selaku dukunnya!”
Tentu saja Wiwik kaget, tapi buru-buru Pandiyo menjelaskan, secara fisik memang dirinya, tapi itu sekedar medium belaka.
Aslinya yang menyetubuhi Wiwik jin prewangan yang ada dalam keris Kyai Senggol Modod. Awalnya Wiwik menolak, tapi Mbah Pandiyo terus meyakinkan.
Lama-lama Wiwik mau dengan pertimbangan toh dirinya juga sudah tidak perawan lagi, karena sudah pernah di-DP oleh kekasihnya.
Nah, sejak itulah Wiwik sering ke rumah Endang sekedar untuk jadi ajang pelampiasan nafsu ayahnya.
Tapi sudah 3 bulan Wiwik diterapi mbah dukun, sang kekasih tak juga kembali. Lama-lama dia jadi curiga bahwa itu sekedar modus.
Dia segera lapor ke Polsek Cepiring dan Pandiyo pun ditangkap.
Dalam pemeriksaan mbah dukun cabul mengakui, awalnya keris Kyai Senggol Modod ditunjukkan sekedar untuk meyakinkan pasien.
Setelah yakin barulah pakai “keris” sendiri yang tak pakai wrangka, tapi sarung cap Gajah Selonjor.
Kasihan Wiwik, disosor mbah dukun sampai nyonyor. (GTS)