MASYARAKAT sekarang ini senang banget mengorek-korek kekayaan orang lain.
Ketika ada orang jadi pejabat, atau pejabat tersandung masalah maka langsung saja kepo.
Berapa kira-kira dia punya rumah mewah, mobil mewah, tanah seluas apa, dan tentu saja tabungan uangnya di bank mana saja?
Kalau jelas si sultan itu memang punya banyak usaha, atau jelas pejabat yang sudah lama manggung, atau artis yang malang melintang di dunia hiburan, maka orang pun maklumlah.
Pantas saja dia punya harta kekayaan sebegitu banyak.
Tapi, orang juga akan bertanya, lho dia kan cuma pejabat kecil, yang penghasilannya dari gajinya bisa diukur sebesar apa? Masa bisa punya harta sebegitu melimpah? Ini pasti ada apa-apanya, jangan-jangan korupsi? Begitu orang menduga.
Katakan seorang kepala sekolah tingkat SMA, di Tangerang, punya kekayaan yang luar biasa, triliunan. Coba, dari mana itu.
Kayaknya dana bos yang dia terima untuk sekolah saja nggak sampai segitu.
Ternyata selidik punya selidik, sang kepsek mengaku, benar dia punya kekayaan tersebut.
Itu adalah harta tanah yang ada di Jakarta, warisan dari orang tua!
Nah, kalau tanah luasnya ribuan meter persegi, bisa bayangkanlah harga tanah di ibukota itu berapa permeter.