ADVERTISEMENT

MUI Singgung Yahya Waloni: di Timur Tengah Ustaz Sekelas Profesor, di Indonesia Takmir Masjid Sudah Disebut Ustaz!

Selasa, 31 Agustus 2021 13:10 WIB

Share
Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafis (Foto: Istimewa)
Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafis (Foto: Istimewa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis menyinggung panggilan ustaz yang dipakai orang-orang untuk memanggil Yahya Waloni.

Menurut sepengetahuannya, panggilan ustaz itu tidaklah dengan mudahnya disebut oleh orang-orang yang sembarangan.

Sebagai perbandingan, di timur tengah lebih banyak ustaz itu sudah sekelas profesor saja bukan orang-orang yang biasa ceramah atau sering datang ke masjid saja.

“Kalau di timur tengah, ustaz sekelas profesor. di sini orang sering ke masjid lalu jadi takmir masjid sudah ustaz,” kata Cholil kepada wartawan pada Minggu (29/8/2021).

“Jadi ya ini memperendah istilah ustaz itu sendiri," sambungnya.

Lebih lanjut, Cholil mengatakan bahwa seseorang bisa dikatakan sebagai ustaz apabila sudah mempunyaii ilmu belajar yang tinggi dan bukan hanya sekadar menyampaikan ceramah saja di depan publik.

"Sebetulnya secara umum ustaz itu adalah pengajar, tapi arti yang sebenarnya ustaz itu orang yang memiliki kemampuan untuk mengajar," kata Cholil.

Cholil juga menambahkan bahwa seharusnya Yahya Waloni yang merupakan seornag mualaf agar sebaiknya tidak terus menerus membenturkan agama satu dengan lainnya.

"Sering saya sampaikan kepada temen-temen yang baru jadi mualaf. Sampaikan apa yang dia ketahui, yang ada benarnya. Jangan pernah menjelekkan agama yang pernah dipeluknya,” tutur Cholil.

“Apalagi sampai membenturkan agama yang baru diyakini dengan yang sebelummya. Saya mengimbau agar majelis taklim mengundang penceramah yang mengerti tentang agama dan memberikan inspirasi, bukan yang memprovokasi,” ucapnya menambahkan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT