WANITA kerap menjadi korban kejahatan kaum lelaki dan bukan menjadi hal yang baru. Tindakan yang dialami kaum hawa ini menjadi fenomena sejak dahulu kala dan terjadi hampir diseluruh penjuru dunia.
Beberapa alasan membuat perempuan mudah menjadi sasaran tindak kejahatan.
Perempuan dianggap lemah sehingga kerap menjadi korban pelecehan.
Bahkan, laki-laki juga selalu melukai kaum hawa ini dan hingga membunuhnya.
Aksi pembunuhan yang menimpa kaum perempuan ini pun terjadi dalam sepekan ini.
Tak tanggung-tanggung, dua orang wanita menjadi korban pembunuhan dan diperlakukan secara sadis oleh pelakunya yang merupakan teman dekat mereka bahkan sang kekasih.
Kasus pertama terjadi menimpa seorang terapi bekam atas nama Rizky Sukma, 33, yang jasadnya ditemukan terkubur di kolong Tol Jatikarya, Jatisampurna, Bekasi, pada Sabtu (7/8/2021) lalu. Korban pertama kali ditemukan oleh seorang tukang rumput.
Polisi yang menyelidiki kasus tersebut, akhirnya berhasil meringkus Muhammad Al Rasyid alias Habib, 38, yang merupakan rekan sepekerjaan korban, yang sama-sama bekerja sebagai terapis bekam.
Wanita itu meregang nyawa hanya karena menolak ajakan menikah pelaku yang sudah berkeluarga.
Dengan kejamnya, gadis tersebut dihabisi pelaku yang memukul hingga membekapnya. Tak sampai disitu, pelaku juga mengubur wanita yang tinggal di Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, dengan posisi tangan dan kaki yang keluar dari tanah.
Belum habis cerita wanita terapi bekam, seorang wanita atas nama Maroah, 17, juga meregang nyawa dan jasadnya dibuang di pinggir Jalan Bekasi Raya, Cakung, Jakarta Timur, pada Selasa (10/8/2021).
Pelaku yang diketahui bernama Asep Saepudin, 23, merupakan kekasih korban yang selama ini tinggal bersama.
Pria ini dengan kejinya menghabisi nyawa wanita asal Pemalang, Jawa Tengah, lalu membungkusnya dengan kardus dalam kondisi setengah telanjang.
Wanita itu pun dibuang dipinggir jalan dan pertama kali ditemukan oleh seorang petugas PPSU yang tengah menyapu jalan.
Motifnya pun masih tetap klise, meski pelaku selama ini menidurinya hingga menyebabkan korban berbadan dua, Asep tak mau bertanggungjawab.
Janin bayi yang ada didalam kandungan dan berusia empat bulan, membuat pria yang tinggal satu atap itu kalap. Pasalnya, Asep selama ini hanya memanfaatkan Maroah agar bisa tetap hidup di Jakarta.
Korban yang diketahui bekerja sebagai Pekerja Seks Komersil (PSK), hanya dianggapnya sebagai selingkuhan saja.
Dan pelaku sendiri sudah memiliki tunangan yang dalam beberapa bulan kedepan akan melangsungkan pernikahan.
Dari kasus itu, terlihat kelemahan yang dimiliki wanita kerap menjadi pelampiasan lakilaki yang dengan kejamnya dalam bertindak.
Hanya karena permasalahan sepele, kejahatan terhadap kaum perempuan terus berulang dan selalu menjadi korban.
Memang hingga saat ini perempuan dalam konsep masyarakat patriarki dianggap sebagai mahluk yang lemah.
Butuh banyak kesabaran untuk mengubah pola pikir masyarakat di Indonesia mengenai struktur masyarakat antara laki-laki dan perempuan.
Karena kesabaran tersebut tentu akan membuahkan hasil berupa pencegahan terjadinya pembunuhan terhadap perempuan.
Untuk mencegah kasus ini terulang, juga dibutuhkan kesadaran dari masyarakat untuk memberikan pertolongan.
Dengan saling berdampingan dan menjaga sesama, pastinya tindak kekerasan atau bahkan pembunuhan bisa di cegah. (*)