TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Asisten dokter berinisial SZ (19) dibunuh dan dibakar di kebon singkong Desa Suradita, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, beberapa hari lalu.
Pelakunya Dedi Setiawan dan Sutisna Ute.
Dedi diketahui merupakan mantan korban, sedangkan, Sutisna teman dari Dedi.
Dedi sakit hati karena lamarannya ditolak. Sehingga itu menjadi motif pembunuhan sadis tersebut yang membuat geger, Jumat (9/7/2021).
Ayah korban, Aziz (45) mengatakan, lamaran pelaku memang sengaja ditolak. Alasannya, kata dia, putrinya itu masih kecil dan menjadi tulang punggung keluarga.
"Pernah datang ke sini melamar pada bulan Juni. Dia datang mau nikahkan anak saya, tapi saya tolak. Karena anak saya masih kecil dan masih jadi tulang punggung keluarga," ujar Aziz kepada Poskota, Senin (12/7/2021).
Aziz menuturkan, sudah hampir setahun lamanya tidak bekerja karena kerap sakit. Sejak itu, kata dia, putrinya yang bekerja menanggung hidup keluarga.
"Sejak saya enggak bekerja, dia yang berinisiatif untuk bayarkan kontrakan dan lain-lain. Apalagi dia punya adik masih kecil usia 6 tahun. Bisa dibilang tulang punggung keluarga," ungkapnya.
Karena itu, Aziz mengaku, pertimbangan itu yang menjadi alasan lamaran pelaku ditolak. Selain itu, kata dia, pertimbangan lainnya tidak kalah pentingnya.
"Saya pernah dapat cerita pelaku dimasukkan kerja di bengkel motor oleh putri saya. Tapi, kerjanya cuma seminggu berhenti. Yah, itu juga yang jadi pertimbangan penting menolak," sebutnya.
Namun, Aziz menyampaikan, pasca lamaran ditolak pelaku mengeluarkan surat perjanjian yang isinya diduga menjurus pada ancaman.
"Dia mengeluarkan surat perjanjian. Isinya intinya kalau ada apa-apa sama anak saya, karena sudah ditolak lamaran, dia tidak mau bertanggung jawab. Kemudian saya tanda tangani," tuturnya.
Aziz tidak berpikir kalau surat tersebut merupakan sebuah ancaman untuk putrinya. Sebab, dia yakin putrinya tidak memiliki permasalahan dengan pelaku.
"Saya tidak mengerti itu ancaman atau apa, soalnya ibaratnya itu surat lepas tanggung jawab. Saya yakin juga anak saya tidak akan melakukan perbuatan maksiat. Tidak mungkin berani," tegasnya.
Aziz, empat memberikan amanat kepada saudara kandung pelaku untuk sama-sama menjaga diri baik-baik.
"Saya bilang ke dia, sekarang kondisi begini, abang jaga dan perhatikan adiknya, saya jaga dan arahin anak saya," pintanya.
Sejak saat itu, Aziz merasa persoalan sudah selesai. Dia tidak berpikir atau menyangka bahwa pelaku bakal sakit hati karena lamaran ditolak.
Hingga akhirnya, peristiwa sadis itu terjadi.
Putrinya menjadi korban pembunuhan dan pembakaran yang salah satu pelakunya mantan pacar putrinya.
"Yang saya tahu, hubungan putri saya dengan dia sudah menjadi mantan sejak lamaran ditolak. Selama ini yang saya tahu juga putri saya cuma sekadar pacaran biasa saja," paparnya.
"Pacaran biasa yang tidak berlebihan, pulang malam atau sebagainya itu tidak pernah. Dia (pelaku) ke sini itu pun jarang. Dia memang kenal putri saya sejak SMA, makanya saya mikirnya buat semangat belajar doang," tandasnya. (ridsha vimanda nasution/kontributor)