Oleh: Budi Setiawan, Wartawan Poskota
KENAIKAN harga kedelai tak bisa dielakkan. Sejak pertengahan Mei, harga kedelai dunia mencapai 15,86 dolar AS/bushels atau setara Rp10.084/Kg. Harga ini naik 11,2 persen dibandingķan April yang masih tercatat 14,26 dolar AS/bushels atau sekitar Rp9.203/Kg.
Kenaikan harga kedelai dunia memicu naiknya harga jual tempe dan tahu di pasar. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag, Oke Nirwan, pertengahan Mei 2021 lalu, mengaku kenaikan harga kedelai dunia sebagaimana yang dilansir Chicago Board of Trade (CBOT) memicu naiknya harga tempe dan tahu sekitar 10-15 persen.
Meski harga naik, pihaknya menjamin stok kedelai di dalam negeri masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perajin tempe dan tahu.
Kenaikan harga kedelai membuat para perajin tempe dan tahu pun menjerit. Meski dalam hitung-hitungan, kenaikan harga bahan baku pembuatan tempe dan tahu tak begitu besar. Namun tetap memukul para perajin. Sebagian besar mereka hanya bermodal pas-pasan.
Berbagai upaya telah mereka lakukan. Mulai mogok produksi, memperkecil ukuran tempe dan tahu hingga menaikkan harga jual ke konsumen. Namun upaya tersebut sepertinya tak cukup. Kenaikan harga kedelai tetap memukul. Bahkan di Lebak Banten, perajin tahu terpaksa menjual motor dan barang berharga yang dimiliki hanya untuk tambahan modal yang tergerus, akibat naiknya harga kedelai.
Masalah kenaikan harga kedelai ini selalu terjadi setiap tahun. Apalagi Indonesia masih sangat tergantung pada kedelai impor sehingga perlu perhatian serius. Pemerintah tak cukup menjamin ketersediaan atau stok saja. Tapi juga menjaga kestabilan harga kedelai.
Setidaknya, pemerintah perlu mengkaji kembali tata niaga kedelai, termasuk harga. Selama mekanisme harga mengikuti irama pasar dunia, para perajin tempe tahu tak bisa mengelak, jika harga kedelai naik.
Kenaikan harga bukan hanya dipengaruhi suplai dan demand. Tapi juga nilai tukar sehingga kenaikan harga kedelai kapan saja bisa terkerek kembali.
Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang, kondisi ekonomi masih berjalan tertatih-tatih. Sehingga pemerintah harus turun tangan. Bagaimana kegiatan UMKM tetap berlanjut dan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Kita mengapresiasi langkah pemerintah yang menggelontorkan dana stimulus ratusan triliun untuk menggeliatkan kembali ekonomi nasional yang ikut terpapar, karena adanya pandemi Covid-19.
Karenanya, kita berharap langkah pemerintah menggelontorkan dana stimulus harus benar-benar tepat sasaran dan penggunaannya. **