Oleh: Sekretaris Daerah DKI Marullah Matali
SECARA zahir dan harfiah ada kesan kontradiksi antara ucapan beliau dan perbuatan beliau.
Ibnu Qutaibah Ad-Dinawari rahimahullāh menjelaskan, "Gak ada kontradiksi di antara hadits-hadits di atas. Allah SWT mengutus Rasul-Nya dengan membawa ajaran agama yang lurus dan penuh toleransi (kelenturan dan kemurahan). Allah SWT telah menanggalkan bagi Nabi Muhammad SAW. dan umat beliau beban dan belenggu yang telah memberatkan Bani Israil dalam agama mereka.
Keringanan ini merupakan nikmat dari Allah SWT bagi Nabi Muhammad SAW. dan umat beliau. Bermain dan bersenda gurau merupakan tabiat manusia, tabiat ini tidak dapat dikekang, dan melawan (menentang) tabiat hanya mengakibatkan kesusahan dan penderitaan. Oleh karenanya, Nabi Muhammad SAW. bercanda agar umatnya dapat bercanda."
Kemudian Ibnu Qutaibah menjelaskan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di atas :
"(Kata) ad-dadu artinya senda gurau yang mengandung kebatilan, sedangkan Nabi Muhammad SAW. bercanda, namun tidak mengatakan selain (ucapan) kebenaran. Jika beliau hanya mengatakan kebenaran, maka canda beliau bukanlah kebatilan dan bukan pula senda gurau yang mengandung kebatilan."
"Tapi jangan seneng dulu ente, ada masalah, Nabi Muhammad SAW. bercanda berlebihan sampai mengatakan bahwa sahabat beliau yang bernama Zāhir adalah budak yang beliau mau jual, padahal ia bukan budak, ia merdeka!" Karyo protes.
Doyok: "Oh itu, iya ya ..... Kok kesannya berlebihan ya😁. Coba kita tanya sama mbah google dan pembaca!"