Oleh: Marullah Matali, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta
IBADAH itu bukan hanya sekadar ketaatan dan ketundukan semata, melainkan suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncak kepada yang memiliki kekuasaan yang mutlak yaitu, Allah SWT. Begitulah perkataan Muhammad Abduh.
Kemudian perintah ibadah dalam ayat ini bukan hanya ibadah mahdhah yang telah ditentukan cara, kadar, dan waktunya seperti halnya salat, zakat, puasa dan lain-lain, melainkan mencakup segala aktivitas yang hedaknya dilakukan kerana Allah. Ayat ini diperjelas dengan ayat Al-Qur’an yang lain yang artinya: ”Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am [6]: 162).
Setelah itu, Allah memerintahkan berbakti kepada kedua orang tua, istilah yang digunakannya Al-Walidain. Kata ini, dua kata dari kata walid yang bisa diterjemahkan dengan bapak/ayah. Ada juga abi dan umi.
Menurut Prof Quraish Syihab, penyusun tafsir Al Misbah, bahwa kata walad digunakan secara khusus untuk bapak dan ibu kandung, bukan halnya dengan kata abb atau umm yang biasa digunakan dengan status kandung ataupun bukan kandung.
Hal ini tentunya melihat firman Allah yang artinya: “Para ibu menyusukan anak-anak mereka dua tahun sempurna bagi yang berkehendak meyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah [2]:233).
Ini dipahami untuk ibu kandung, kemudian melihat ayat berikutnya yang artinya: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri, dan istri-istri beliau adalah ibu-ibu mereka.” (QS. Al-Ahzab [33]:6).
Hal ini digunakan kata-kata ummahatukum yang definisinya: bukan ibu kandung tetapi ibu yang wajib untuk dihormati, sebagimana halnya ibu kandung.
Al-Qur’an menggunakan kata penghubung bi ketika berbicara tentang berbakti kepada ibu-bapak, wa bi al-walidaini ihsanan. Padahal bahasa juga membenarkan penggunaan li yang berarti untuk atau ila yang berarti kepada untuk penghubung kata ihsan.
Penjelasan menurut para pakar, kata ila mengandung makna jarak, sedangkan Allah tidak menghendaki tidak adanya jarak walau sedikitpun dalam hubungan antara anak dengan orang tuanya.
Penggunan kata bi mengandung arti ilshaq, yakni kelekatan karena itu anak harus selalu dekat dengan orang tuanya, yang manfaatnya akan terasa oleh diri sendiri, begitu pula dalam hal ini tidak mempergunakan kata lam (li) yang mengandung makna peruntukan.