Selain itu, menikmati Ronde Jahe atau Sekuteng lebih maknyus dimakan pelan-pelan. Jadi, lanjut Atin, pelanggan akan memilih waktu yang lebih lowong, seperti habis tarawih sebagai menu makanan pencuci mulut.
"Justru kalo Ramadhan ramainya abis pulang tarawih, makan ronde kan enaknya dimakan waktu santai, kalo abis tarawih kan udah gak ngapa-ngapain terus udah dingin. nah itu," paparnya.
Atin meyampaikan bahwa tempatnya ini cukup strategis karena dikelilingi oleh tempat makan.
Selain pelanggan yang datang dari rumah ada juga pelangan dari para pekerja rumah makan.
Sebagai penjual makanan penutup yang tidak terlalu berat hal ini terbilag menguntungkan.
Terlebih akses jalan tempat Ia mangkal tersebut merupakan jalan besar yang sering dilewati kendaraan."Rame disini karena banyak ornag yang makan. Lebih rame dibanding di stasiun cuma orang lewat doang," bebernya.
"Disini KFC, bebek kaleo, jadi yang kerja juga ada yang beli. Pembeli paling jauh ada yang dari Bekasi," ungkap Atin.
kuliner
Di hari normal, dalam sehari Atin biasa menjual Ronde Jahe hingga 70 porsi.
Bisa lebih dari jumlah tersebut jika cuaca Jakarta dalam kondisi dingin.
Namun selama pandemi, Atin mengaku pendapatannya menurun hingga 50 persen.
Dalam satu tahun terakhir, Atin mengungkapkan dirinya hanya dapat menjual 30 hingga 40 porsi sehari.