Marullah Matali. (foto: ist)

Opini

Makan untuk Hidup Bukan Hidup untuk Makan

Jumat 16 Apr 2021, 08:00 WIB

Oleh : Sekretaris Daerah DKI Marullah Matali 

Makan merupakan kebutuhan dasar manusia. Selama hayat masih di kandung badan, kebutuhan terhadap makanan tidak dapat diabaikan. 

Untuk tujuan dimaksud sering terjadi persaingan, perebutan bahkan pertempuran dan peperangan diantara mereka. 

Sejak zaman purba hingga kini bahkan juga mungkin sampai kapanpun bumi ini masih berputar.  Dalam kaitan ini, agama Islam mengatur soal makanan dengan sangat ketat sekali agar hidup manusia seimbang, sehat dan sejahtera dunia dan akhirat. 

Baca Juga:

Meskipun semua yang diciptakan di permukaan bumi ini diciptakan untuk manusia (QS. Al Baqarah : 29) namun tidak semuanya harus dimakan. Ada beberapa yang diperuntukkan buat manusia bukan untuk dimakan.  

Untuk sesuatu yang bisa dimakan oleh manusia, tidak semuanya halal, karena ada beberapa di antaranya yang diharamkan. Untuk sesuatu yang halal sekalipun tidak semuanya boleh dimasukkan ke perut besar kita, karena ada beberapa yang baik dan ada beberapa yang tidak baik. 

Untuk beberapa yang baikpun tidak semuanya bagus untuk dimakan, karena ada batasanbatasan tertentu sesuai kapasitas periut besr masing-masing.  

Untuk urusan makan ini, pedoman utamanya adalah makan hanya yang halal. Tidak cukup hanya halal, namun harus baik. Tidak cukup hanya baik saja, namun harus sesuai ukurannya. 

Makanlah di saat perut terasa lapar. Artinya jangan makan kalau tidak merasa lapar. Makan disaat tidak lapar atau yang sering diistilahkan ngemil/iseng metrupakan perilaku yang kurang sehat. Sering menyebabkan obesitas dan penyakit-penyakit lain.  

Makanlah dengan membaca bismillah. Makanlah dengan tangan kanan. Makanlah makanan yang ada di dekat kita (jangan menjangkau yang terlalu jauh). Makanlah seukuran kadar laparnya kita jangan berlebihan. Makanlah makanan dan jangan membuang-buang makanan atau memubazirkannya. Istirahatkan perut besar kita secara periodik dengan berpuasa.

Baca Juga:

Bisa senen-kamis. Bisa juga puasa Daud. Bisa juga puasa di tenhgah bulan (Ayyamul Bidh) dan yang utama berpuasa sebulan penuh di Bulan Ramadan seperti saat ini.  Hakikatnya makan adalah hanya untuk menopang sendi agar mampu beribadah kepada Allah. 

Makan itu hanya untuk sekesar untuk hidup dan beribadah. Bukan sebaliknya. Hidup itu bukan untuk makan. Itu perilaku binatang.

Tags:
Cahaya RamadanmakananMarullah Matali

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor