Karikatur nah ini dia, 'Istri Selingkuh Pilih Diam Tetapi Masih Ditusuk Juga.'

Nah Ini Dia

Istri Selingkuh Pilih Diam Tetapi Masih Ditusuk Juga

Sabtu 10 Apr 2021, 07:30 WIB

AGAKNYA  mbah Hambali, 63, dari Tangerang ini mau meniru kesabaran Prabu Puntadewa wayang kulit. Bagaimana tidak? Meski Rukiyah, 56, istrinya diselingkuhi Kasiran, 53, tetangga sendiri, dia mencoba diam. Tapi gara-gara dikompori Rukiyah, Kasiran jadi marah pada si kakek dan main tusuk, ya ambruklah!

Dalam cerita perwayangan, Prabu Puntadewa raja Amarta itu terkenal akan kesabarannya. Dia tak pernah marah meski istrinya hendak diambil orang, bahkan diikhlaskan saja. Dalam dunia nyata, orang paling penyabar adalah Menhan Prabowo.

Ketika banyak pihak mempertanyakan, kenapa diam saja ketika terjadi aksi terorisme di Makasar dan Mabes Polri, Prabowo tetap diam membisu seribu basa. Mungkin beliaunya mengikuti semangat presiden Jokowi, yang penting: “Kerja, kerja, kerja......!”

Mbah Hambali warga Neglasari, termasuk lelaki paling sabar se Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan pertambahan usianya, dia menyadari bahwa semangkin tua daripada umur, orang harus bisa “mesu budi” (laku prihatin) untuk menyambut “masa depan” yang cepat atau lambat akan datang menghampirinya. Karenanya segala isyu yang justru merusak suasana batinnya, ditepiskan saja.

Belakangan memang ada isyu bahwa istrinya, Rukiyah menjalin asmara dengan Kasiran tetangganya. Mbah Hambali mencoba diam dan bersabar, sama sekali tak mau klarifikasi pada bininya.

Mungkin dia menyadari bahwa belakangan sudah tak mampu lagi memberikan nafkah batin, sehingga kalau istrinya cari lelaki lain atau “godong lingga” ya biar saja. Malah dia senang ada orang mau ngaplus, toh sebagai aset takkan pernah pindah nama itu barang!

Mbah Hambali pernah juga dilapori oleh salah satu anaknya, bahwa emaknya punya PIL Kasiran yang tetangga sendiri. Maksud si anak, agar si ayah unjuk gigi. “Bapak harus bertindak, agar keluarga kita tak dilecehkan orang,” kata si anak serius. Tapi sayangnya si kakek tetap diam membisu. Mungkin dia bingung, mau unjuk gigi bagaimana, lha wong aslinya dia punya gigi sudah mulai tanggal di sana sini.

Kecewa pada sikap ayah diam membisu macam orang gagu, anak gantian mendatangi emaknya, Ny. Rukiyah. Lagi-lagi dia minta sang emak menghentikan aksi mesum. Di lingkungan tetangga, skandal Kasiran-Rukiyah sudah menjadi isyu nasional dan bukan tidak mungkin akan menjadi viral. “Maaaak, demi kehormatan keluarga, emak jangan umbar kehormatan pada lelaki lain,” seru si anak.

Sampai ditegur anak sendiri, mestinya Ny. Rukiyah jadi malu. Tapi karena kebutuhan kemaluan lebih mendesak, dia tetap sebodo amat.

Bahkan dia marah pada anaknya, karena tak memahami kebutuhan orangtua. Soal pemberian benggol (baca: uang) dari anak memang cukup, tapi soal bonggol? Ini satu hal yang penting dan tak tergantikan oleh anaknya.

Dan ketika Kasiran tetangga mau jadi “relawan” meski tak dijanjikan jadi komisaris atau dirut BUMN, Ny. Rukiyah menerima dengan tangan dan tubuh terbuka.

Setiap ada kesempatan, Kasiran mau jadi tenaga “outsorsing” tanpa upah. Lebih tua sedikit darinya nggak masalah, sebab sebagaimana kata Pak Bendot Srimulat, “Yang penting rasanya Bung.....!”

Ny. Rukiyah sendiri sangat menikmati jamu “godong lingga” dari tetangga itu. Dan ketika anak sendiri mulai nyinyir atas kelakuannya, Ny. Rukiyah jadi nggak nyaman.

Cuma yang berlawanan dengan logika, yang nyinyir anak-anaknya, kok kemudian Rukiyah malah menyuruh Kasiran untuk memberi “pelajaran” pada suaminya, Hambali.

Dan rupanya Kasiran sendiri setelah terbius oleh kata-kata Rukiyah jadi kehilangan daya nalarnya. Bukannya berterima kasih pada Mbah Hambali yang telah melakukan pembiaran atas perselingkuhan itu, malah mencoba untuk memberi “pelajaran” pada si kakek.

Dan benar saja, saat Mbah Hambali sore-sore nyantai di terar rumahnya, tahu-tahu diserang oleh “teroris” rumahtangga itu dengan tusukan pisau.

Tentu saja Mbah Hambali ambruk dan Kasiran pun ditangkap. Teroris rumahtangga ternyata akiunya juga jongkok. (Gunarso TS)

Tags:
Nah Ini DiaIstri Selingkuhmabes Polri

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor