JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Presiden Joko Widodo menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 D-8 yang digelar Dhaka, Bangladesh, dan diikuti delapan kepala negara atau kepala pemerintahan negara-negara anggota.
Dalam pidatonya di KTT tersebut Presiden menjelaskan satu tahun lebih dunia masih menghadapi tantangan pandemi Covid-19.
Semua negara tanpa terkecuali terkena dampaknya.
"Kita melihat krisis global akibat pandemi justru bisa menjadi batu loncatan bagi semua negara anggota D-8 untuk terus maju," terang Jokowi dalam pidatonya secara virtual dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis sore (8/4/2021).
"Kita punya potensi dan kekuatan untuk maju. Dengan total populasi 1,1 miliar jiwa dan potensi ekonomi yang hampir mencapai USD4 triliun, D-8 harus menjadi bagian penting agar dunia bisa keluar dari pandemi, agar dunia bisa kembali pulih," ujar Jokowi.
Presiden pun menyampaikan tiga hal di mana negara-negara anggota D-8 dapat ikut berkontribusi dalam upaya mengatasi pandemi.
Pertama, D-8 harus terus mendorong akses yang adil terhadap vaksin.
"Ketersediaan dan keterjangkauan vaksin merupakan kunci untuk keluar dari krisis. Namun, saat ini kita saksikan meningkatnya nasionalisme vaksin. Ini harus kita tolak. Kita harus mendukung vaksin multilateral," tegasnya.
Menurut Jokowi, di saat pandemi, vaksin Covid-19 adalah barang publik global. Dunia perlu bersatu untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin untuk semua.
Artinya, dunia harus dapat menggandakan kapasitas produksi. Tidak boleh ada pembatasan terhadap produksi dan distribusi vaksin.
"Di sinilah D-8 bisa berperan dalam menawarkan kapasitas produksi yang dimilikinya untuk meningkatkan produksi, mendorong akses yang sama terhadap vaksin, dan mendorong transfer teknologi," ungkapnya.
Presiden mengakui beberapa dari kita, termasuk Indonesia, tengah mengembangkan produksi vaksin sendiri.
D-8 harus membuka kerja sama pengembangan dan produksi vaksin ke depan.
Kedua, D-8 harus berkontribusi pada pemulihan ekonomi global.
Dengan potensi perdagangan antarnegara anggota yang melebihi USD1,5 triliun, Presiden Jokowi meyakini D-8 dapat berkontribusi besar dalam pemulihan ekonomi global.
"Fasilitasi perdagangan intranegara D-8 harus didorong, hambatan perdagangan harus diminimalisir, intensifikasi intraperdagangan antarnegara anggota D-8 adalah kunci. Ini akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Ketiga, D-8 harus mengembangkan teknologi digital. Presiden menyebut digitalisasi, artificial intelligence, computing power, big data, data analytics telah melahirkan terobosan-terobosan baru dan merupakan ekonomi masa depan.
Untuk itu, D-8 didorong untuk memanfaatkan teknologi tersebut demi menyejahterakan rakyat setiap negara anggota.
D-8 memiliki potensi yang besar, keunggulan demografi penduduk muda D-8 sekitar 323 juta orang atau sekitar 27,3 persen.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk muda negara G-7 sebesar 135 juta atau sekitar 17,3 persen dari total populasi. (johara)