PEMERINTAH telah mengeluarkan larangan mudik Lebaran, mulai 6 Mei hingga 17 Mei 2021. Larangan ini bukan hanya harus dipatuhi oleh aparatur sipil negara (ASN), TNI dan Polri, tapi juga seluruh lapisan masyarakat. Strategi untuk ‘memaksa’ masyarakat tidak mudik, dilakukan pemerintah dengan membatasi operasional armada transportasi umum saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Masyarakat yang merindukan mudik Lebaran sempat gembira ketika dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR pada 16 Maret 2021, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya tidak akan melarang mudik Lebaran 2021 ini. Tetapi akhirnya rencana itu batal setelah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengumumkan pemerintah melarang mudik Lebaran.
Larangan pemerintah bukan tanpa alasan. Setiap tahun, jutaan warga berbondong-bondong bergerak dalam waktu bersamaan menuju kampung halaman untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tahun 2019, tercatat 19,5 juta warga pulang kampung baik menggunakan mobil pribadi, sepeda motor maupun angkutan umum. Pergerakan manusia secara bersamaan akan sangat berisiko bagi penularan Covid-19.
Kecewa pasti dirasakan warga yang tahun ini kembali tidak bisa mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman, seperti juga pada Hari Raya Idul Fitri 2020. Dari sisi ekonomi, perputaran uang secara nasional, perputaran uang selama masa Lebaran juga dipastikan turun. Bila tahun 2019 mencapai Rp192 triliun, tetapi tahun 2020 dan 2021 ini sudah pasti turun drastis.
Dampak sistematik pandemi Covid-19 memang luar biasa. Namun kita harus memandang situasi ini secara positif dan bijak. Kita harus mengutamakan keselamatan diri sendiri, keluarga dan masyarakat luas karena krisis kesehatan secara global di semua negara belum berakhir.
Karena itu imbauan Ketua Satgas Covid19, Doni Monardo yang meminta semua lapisan masyarakat jangan mudik Lebaran, harus dipahami. Karena berdasarkan simulasi yang dibuat tim data Satgas Covid-19, jika mudik tidak dilarang akan terjadi kenaikan kasus harian rata-rata 37-119 persen. Jumlah angka kematian mingguan juga akan meningkat rata-rata hingga 75 persen.
Merayakan Hari Raya tanpa mudik ke kampung halaman sangat banyak hikmah yang bisa dipetik. Seperti menggugah kesadaran sosial, solidaritas sosial, secara finansial juga menekan pengeluaran, dan yang terpenting kesehatan tetap terjaga. Ayo bangun kesadaran untuk tidak pergi keluar kota, bersabar tidak mudik. Karena meski jutaan warga sudah divaksin, tetapi bukan berarti penularan Covid-19 sudah berhenti. **