JAKARTA, POSKOTA. CO.ID – Menyusul ditemukannya strain virus baru Covid-19, berakibat munculnya informasi simpang siur di tengah-tengah masyarakat pada pekan ini.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menerangkan bahwa terjadinya mutasi virus atau varian baru virus adalah hal yang lazim ditemui dalam masa pandemi.
Berita baiknya, lanjut Wiku, hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar mutasi tidak secara material mengubah virolensi atau kemampuan virus untuk menimbulkan penyakit, begitu juga efektivitas vaksin secara signifikan.
"Namun, perlu diingat, semakin sedikit keberadaan mutasi virus, maka semakin efektif vaksin yang sedang kita kembangkan ini dapat bekerja dengan baik," jelasnya memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (4/3/2021) sore yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Baca juga: Satgas Covid-19 Umumkan Hari Ini, Korban yang Terinfeksi Virus Corona Bertambah Sebanyak 6.808 Orang
Pada prinsipnya, varian dapat terus bertambah khususnya saat pandemi masih berlangsung, karena banyaknya jumlah penularan yang terjadi di masyarakat.
Mutasi yang dilakukan virus adalah upaya untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dan mutasi adalah proses karena adanya kesalahan saat memperbanyak diri dan virus anakan tidak sama dengan induknya atau parental strain.
Virus baru hasil mutasi tersebut akan menjadi varian. Lalu, jika varian menunjukkan sifat fisik yang baik dan jelas maupun sama serta berbeda dengan virus aslinya, maka varian akan disebut sebagai strain.
Baca juga: Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berikan Donor Plasma Konvalesen di PMI
Para peneliti di dunia termasuk di Indonesia terus meneliti mutasi dan varian baru yang muncul.
Untuk mengetahui dampaknya dan solusi menghadapinya. Saat ini beberapa varian virus yang sudah ditemukan menyebar secara global, yakni varian B117 di Inggris, B1351 di Afrika Selatan yang merupakan hasil mutasi dari virus B117, dan varian P1 di wilayah Brazil.
Pemerintah pun telah mengambil langkah-langkah strategis bekerjasama dengan para peneliti dan menginstruksikan petugas di lapangan untuk memperketat skrining demi mencegah masuknya varian baru dari negara lain, ataupun dari satu daerah ke daerah lain.
Untuk itu demi mencegah dampak negatif dari mutasi ini, semua pihak disarankan tidak hanya menunggu hasil temuan ilmuwan, untuk menentukan apakah varian tersebut lebih berbahaya atau sekedar mengetahui pola distribusinya.
Baca juga: Kapolsek Kembangan Beri Edukasi dan Motivasi Relawan Satgas Covid-19
"Karena hasil penelitian saintifik membutuhkan waktu. Upaya proaktif melindungi diri dan orang di sekitar adalah dengan cara tidak melakukan mobilitas yang tidak perlu sehingga penularan dapat dicegah. Sehingga mutasi pun bisa dicegah untuk terjadi," kata Wiku. (johara/tri)