"Langkah itu diambil berdasarkan evaluasi dari managamen Garuda bahwa ada inefisiensi, ya bagus, kita dukung," tuntasnya.
Sementara itu, pengamat BUMN Toto Pranoto mengatakan pemutusan kontrak Garuda Indonesia dengan Bombardier CRJ 1000 merupakan upaya efisiensi.
Ia menyebut langkah efisiensi seperti ini juga banyak dilakukan maskapai secara global sebagai imbas dari dampak pandemi.
Baca juga: KPK Bantah Telah Terbitkan Sprindik Untuk Menteri BUMN Erick Thohir
"Mereka (maskapai) mencoba melakukan renegosiasi dengan lessor supaya armada pesawat bisa diterminasi kontraknya lebih awal. Tujuannya perampingan armada," kata Toto di Jakarta, Kamis (11/02/2021).
Toto mendukung sikap Menteri BUMN Erick Thohir dan manajemen Garuda Indonesia yang membatalkan kontrak dengan Bombardier CRJ 1000. Toto menyebut kontrak Bombardier CRJ 1000 sejak awal bermasalah dan dianggap tidak cocok dengan rute yang akan dilayaninya.
"Terbukti kemudian pimpinan manajemen Garuda saat itu bermasalah soal tata kelola perusahaan yang baik," ungkapnya.
Toto menambahkan keinginan Erick agar Garuda lebih fokus di pasar domestik dan angkutan kargo sudah tepat.
Baca juga: Bahas Penyertaan Modal Negara, Menteri BUMN Erick Thohir dan Komisi VI DPR Rapat Tertutup
Ia mengatakan sektor penerbangan domestik menjadi satu-satunya harapan bagi maskapai lantaran belum pulihnya rute penerbangan internasional di masa pandemi.
"Harapan target penumpang yang bisa dipulihkan segera adalah di sektor domestik," pungkas Toto. (rizal/tri)