SAYA mendapat kiriman WA dari seorang teman di grup WA yang saya ikuti. Judul kirimannya adalah “Sluku Sluku Bathok”.
Karena isinya adalah nasihat Jawa yang menurut saya sangat baik, maka saya kirimkan tulisan tersebut agar para pembaca juga bisa mengambil hikmahnya.
Karena saya bukan orang Jawa dan tidak paham Bahasa Jawa maka saya sampaikan saja tulisan teman saya tersebut tanpa perubahan sama sekali. Begini isinya:
Sluku-Sluku Bathok
Bathoke Ela Elo
Si Rama Menyang Solo
Oleh-Olehe Payung Mutho
Mak Jenthit Lolo Lo Bah
Yen Mati Ora Obah
Yen Obah Medeni Bocah
Yen Urip Goleko Duwit
Baca juga: Rasa Memiliki Kota
Sluku-Sluku Bathok
Artinya: Hidup tidak bleh dihabiskan hanya untuk bekerja, waktunya istirahat ya isirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi yang Seimbang, bathok atau kepala kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya.
Bathoke Ela Elo
Artinya: Dengan berdzikir (ela elo= laa ilaaha ilalloh) mengingat Allah, ayaraf neuron di otak akan mengendur, ingatlah Allah, dengan mengingat-Nya hati menjadi tentram.
Si Rama Menyang Solo
Artinya: Siram (mandilah, bersucilah) menyang (menuju) solo (sholat) lalu bersuci dan dirikan sholat.
Baca juga: Obrolan Minggu Profesor Amir Santoso: Konstitusional
Oleh-Olehe Payung Mutho
Artinya: Maka kita akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita,
Mak Jenthit Lolo lo Bah
Artinya: Kematian itu datangnya tiba-tia, tak ada yang tahu, tak dapat diprediksi dan tak juga dikira-kira, tak bisa dimajukan dan tak busa pula dimundurkan,
Wong Mati Ora Obah
Artinya: Saat kematian datang, semua zudah terlambat, kesempatan beramal hilang.
Yen Obah Medeni Bocah
Artinya: Banyak jiwa yang rindu untuk kembali pada Allah ingin minta dihidupkan, tapi Allah tak mengizinkan, jika mayat hidup lagi maka bentuknya pasti nenakutkan dan mudhorotnya lebih besar.
Baca juga: Kampanye Pilkada
Yen Urip Goleko Dhuwit
Artinya: Kesempatan beramal untuk beramal hanya ada di saat sekarang (selagi mampu dan ada waktu) bukan di nanti (ketidak mampuan dan hilangnya kesempatan) tempat beramal hanya di sini (dunia) bukan di sana (Akhirat). Di sana bukan tempat beramal (Bercocok Tanam) tapi tempat berhasil (panen raya).
Sluku Sluku tersebut berbentuk tembang yang menurut teman saya itu merupakan ciptaan Sunan Kalijaga, satu dari sembilan Wali penyebar Islam di tanah Jawa.
Dalam pikiran saya, meskipun tembang itu dibuat oleh penyebar Islam untuk penganut agama Islam, tapi isi dan maknanya bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh penganut agama lain. Sebab maknanya kira-kira tidak jauh berbeda dengan ajaran dalam agama lain.
Selamat berhari Minggu, semoga selalu sehat.
(Prof Dr Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta).