ADVERTISEMENT

Peran Klub dalam Pembinaan Atlet Bulutangkis

Rabu, 9 September 2020 05:15 WIB

Share
Peran Klub dalam Pembinaan Atlet Bulutangkis

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) pada 9 September 2020, Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum menyelenggarakan bincang media, Senin (7/9). Bincang media yang dihelat secara virtual ini dihadiri puluhan wartawan olahraga nasional. Pada kesempatan tersebut, PB Djarum menjelaskan ekosistem bulutangkis yang  ideal sehingga dapat mengangkat prestasi Indonesia di kancah dunia.

Yoppy Rosimin, selaku Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, hadir bersama para narasumber lainnya di bincang media ini, yakni Christian Hadinata (Legenda Bulutangkis Indonesia dan Tim Penasihat PB Djarum), Hariyanto Arbi (Legenda Bulutangkis Indonesia dan Ketua Komunitas Bulutangkis Indonesia), Fung Permadi (Manager Team PB Djarum), serta dua atlet muda PB Djarum, Bernadine Anindya Wardana (asal Klaten, Jawa Tengah) dan Radithya Bayu Wardhana (asal Tanjung Pinang, Kepulauan Riau).

"Ekosistem bulutangkis Indonesia sangat penting dan sangat vital. Karena itu adalah rantaian yang tidak terputus dari pelaku-pelaku bulutangkis di Indonesia. Mata rantai pertama adalah klub dari daerah, yang merupakan cikal bakal pemain-pemain yang di daerah telah berlatih dan bertanding, untuk kemudian masuk ke klub besar dan dibina menjadi seorang juara," tutur Yoppy membuka perbincangan.

Oleh karenanya, Yoppy menyebut istilah "layer bawah" (pemula) atau lapisan atlet-atlet di kelompok usia di bawah 11 hingga 19 tahun, menjadi target usia pembinaan di PB Djarum. Sementara, guna menggairahkan ekosistem bulutangkis di Tanah Air, PB Djarum juga menyambangi berbagai kota di Tanah Air melalui Audisi Umum PB Djarum. Layer awal ini, menurut Yoppy, jarang dilirik oleh sponsor dan donatur di Indonesia.

“Sponsor di Indonesia yang memiliki komitmen tinggi di layer bawah terhadap sebuah cabang olahraga itu sangat sedikit. Banyak memang yang menaruh minat pada liga-liga elite, tapi kita lupa bahwa kita juga membutuhkan layer bawah yaitu pembinaan di usia dini. Mereka lah yang bakal menggantikan atlet-atlet di gelanggang elite tersebut,” jelasnya.

Setelah mendapatkan atlet-atlet belia melalui proses seleksi, PB Djarum melakukan pembinaan secara komprehensif, termasuk penerapan sports science. Menurut Fung, sports  science di PB Djarum mencakup fisioterapi, pelatihan fisik, dan kecukupan nutrisi. Namun, keberhasilan sports science yang diterapkan klub juga bertumpu dari tekad besar seorang atlet untuk menjadi kampiun di masa mendatang.

“Memang sports science ini terus berkembang. Banyak juga bermunculan alat-alat untuk pelatihan fisik atau metode peningkatan kemampuan fisik yang bisa diakses melalui media sosial atau situs berbagi video. Tapi bagi kami, sports science harus sesuai dengan kebutuhan setiap atlet PB Djarum,” jelas Fung.

Menanggapi pembinaan atlet di PB Djarum, Christian Hadinata berharap atlet-atlet masa kini bisa mendulang prestasi yang lebih tinggi lagi daripada atlet-atlet di masa lampau. Pasalnya, akses terhadap fasilitas maupun informasi sangat mudah dijangkau oleh para calon juara dunia ini. Christian punya pesan dengan kalimat sederhana yang belum tentu sesederhana dipraktikkan. “Jangan meminta atau menuntut apa yang diberikan organisasi atau klub. Tapi harus sebaliknya, apa yang bisa kita berikan sebagai atlet kepada organisasi atau klub. Lebih tinggi lagi, kepada negara dan bangsa. Kalau itu sudah dicapai, saya yakin yang lainnya akan menyusul,” katanya.

Ungkapan Christian ini menjadi motivasi bagi atlet muda PB Djarum asal Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Radithya Bayu Wardhana. Atlet berusia 12 tahun yang mengidolakan Christian Hadinata ini merupakan  mutiara tersembunyi yang berhasil ditemukan PB Djarum saat  proses Audisi Umum  2018  lalu. Hampir dua tahun bergabung di PB Djarum, kini Radithya menghuni ranking 4 nasional kategori Tunggal Putra Anak-Anak.

“Ketertarikan saya terhadap bulutangkis karena dulu di rumah dekat dengan GOR Bulutangkis, terus lihat orang bermain bulutangkis, jadi termotivasi untuk jadi atlet bulutangkis. Saya mulai latihan di  umur lima tahun, saya ingin jadi juara All  England dan juara olimpiade,” tutur Radithya penuh semangat.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Trias Haprimita
Editor: Trias Haprimita
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT