ADVERTISEMENT

Bini Cantik Jarang Dibelai Perbulan Jatahnya Sekali

Selasa, 20 Maret 2018 07:09 WIB

Share
Bini Cantik Jarang Dibelai Perbulan Jatahnya Sekali

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

DALAM usia belum kepala empat, sebetulnya Marisah, 36, cukup cantik di kelasnya. Tapi setelah punya anak dua Jumari, 45, jarang membelainya. Bahkan jatah nafkah batin hanya dialokasi sekali sebulan. Mau minta cerai kasihan anak, akhirnya Marisah memilih pisah rumah saja sampai suami nyadar akan kewajibannya. Setiap lelaki cap apapun selalu mendambakan istri cantik. Tapi setelah berhasil memiliki, banyak pula yang menyia-nyiakan, tak seimbang dengan perjuangannya dulu saat mau mendapatkan. Saat pengantin baru tiga kali seminggu sesendok makan. Tapi makin ke sono semakin jarang, sehingga istri cantik itu bagaikan wastra lungsed ing sampiran (kain lecek jarang disentuh). Peruntungan Ny. Marisah warga Purwosari, Pasuruan (Jatim) seperti itulah. Saat gadis dulu sebetulnya dia tak suka pada Jumari, karena sudah termasuk perjaka tua. Bayangkan, teman sepantaran usia 25 tahun sudah mencetak gol, Jumari dalam usia kepala tiga belum pernah “main bola”. Maklum, Jumari ini di samping wajah pas-pasan juga status sosialnya biasa saja. Tapi karena keuletannya mendekati dan melobi orangtuanya, Marisah yang tadinya kipa-kipa (tak mau) pada akhirnya mempetimbangkan. Sebab orangtuanya ikut mendesak pula, agar mau jadi istri si perjaka tua itu. “Biar terpaut jauh, tapi sosok seperti Jumari ini bisa diterima pasar,” kata sang ayah. Nggak tahulah maksudanya, Pasar Purwosari atau pasar dalam arti keluarga. Jadilah Marisah menikah dengan Jumari. Di awal pernikahan, Jumari sayang banget pada istrinya. Dalam urusan nafkah batin, selalu dipasok secara surplus. Tiga kali seminggu sesendok makan, itu minimal. Bahkan kadang ada nafkah batin tambahan. Tapi karena itu sebuah kewajiban, Marisah melayani saja dengan ikhlas. Jumari memang pekerja swasta yang ulet, sehingga dalam 12 tahun perkawinan sudah punya rumah sendiri. Anak juga sudah dua. Tapi sejak itu, nafkah batin untuk istri mulai dipangkas, seperti pemangkasan dana APBN pemerintahan Jokowi-JK. Bila anggaran kementrian dipangkas 10 persen, Jumari memangkasnya nggak kira-kira. Biasanya semingu 2 kali, kini tinggal sebulan sekali. Sebagai perempuan muda, sebetulnya Marisah ingin menuntut haknya. Tapi Jumari setiap di rumah kebanyakan tidur. Setiap diminta selalu menolak dengan alasan capek. Katanya, tidak boleh terlalu sering. “Kodok kalung kupat, awak boyok sing gak kuwat.” Kata Jumari. Karena tuntutan tak pernah digubris, Marisah lalu memberikan perlawanan. Dia dan anaknya kembali ke rumah orangtuanya, alias pisah rumah. Tapi ternyata Jumari menganggap biasa saja. Tak ada istri di rumah sama sekali tak merasa kehilangan. Kalau punya WIL, sudah diselidiki pakai TGPF segala, tapi tak ditemukan bukti apa-apa. Walhasil Marisah pusing dibuatnya. Jangan-jangan ada indikasi LGBT tuh…..(JPNN/Gunarso TS)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT