ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SEJAK pagi hingga petang kemarin kota kita diguyur hujan. Pada sebagian lokasi sangat lebat. Bahkan ketinggian sederetan gedung pencakar langit di kawasan Jl. MH Thamrin tak tampak akibat berselimut awan tebal. Walau sudah memasuki era baru tahun kedua, di sana-sini Jakarta kita masih kebanjiran. Ketinggian air bah sekitar 10 Cm - 50 Cm . Bukan hanya menimbulkan kemacetan lalu lintas yang sangat parah taoi juga tetap merepotkan ribuan keluarga penghuni rumah di lokasi yang tergenang. Kemungkinan banjir bandang terulang pada musim penghujan kali ini, bukanlah isapan jempol. Tanda –tanda kuat ke arah itu dapat dicermati dari ketidak-mampuan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan pemprov menyerap tuntas anggaran sesuai dengan peruntukan. Uang yang mesti dipakai membiayai pembangunan sarana –prasarana kota tahun anggaran 2013 guna meminimalisir banjir tak terserap sebanyak triliunan rupiah. Tidak terpakai bukan lantaran sukses menghemat, tapi akibat tak berdaya merealisasikannya. Kasus relatif mudah dilihat tentang kerusakan pompa alat kendali pada sejumlah pintu air. Data Dinas Pekerjaan Umum menyebut ada 73 mesin kapasitas raksasa yang menjadi kewenangannya, ternyata 11 unit tak berfungsi alias rusak. Karuan saja air bah pada kawasan yang mengandalkan pompa tak dapat didorong menuju muara. Pertanyaan kita, mengapa hanya sekadar memperbaiki pompa rusak saja tidak bisa selesai sebelum dibutuhkan? Pada masa Jakarta Baru persoalan setingkat itu seharusnya sudah tuntas ditangani sejak dini. Bila perlu semua mesin pompa diganti denan yang lebih canggih. Ketidak-berdayaan pemprov membuat kita hopeless menghadapi ancaman banjir bandang. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, cuaca kota makin buruk mulai pertengahan Januari 2014. Kita tidak anti-pemerintahan Gubernur Jokowi – Wakil Gubernur Ahok. Posisi selalu mengkritis, jauh lebih bermanfaat bagi warga Jakarta. Larut dalam segala bentuk dukungan atau pujian seakan tanpa cela, justru menjadi bumerang bagi kepemimpinan keduanya. Kinerja Joko Widodo atau Jokowi bersama Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok adalah tumpuan jutaan penduduk kota ini. Beranjak dari sikap itu aspirasi kita tidak bergeser atau tetap menghendaki agar yang bersangkutan fokus menyelesaikan masa bakti 5 tahun sebagai gubernur dan wakil gubernur. Menangulagi banjir dan kemacetan lalu lintas sesuai dengan janji kampanye pada Pilkada 2012 serupa dengan utang. Sungguh-sungguhlah bagi keduanya untuk merealisasikan agenda mewujudkan Jakarta Baru. Membelanjakan uang daerah saja tak mampu optimal, maka sulit diprediksi sukses macam apa yang dapat diraih jika a memaksakan diri menjadi pemimpin bagi 250 juta penduduk Indonesia. Pikiran kita wong clik yaitu punya puluhan triliun rupiah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tiada lain untuk menyejahterakan rakyat di Jakarta. Jadi hasil pemanfaatannya harus nyata. Lha apa kata dunia, hari gini Jakarta kebanjiran lagi antara lain akibat mesin pompa di sejumlah pentu air masih rusak? Alamak..!***
ADVERTISEMENT
Berita Terkait
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berita Terkini
ADVERTISEMENT
0 Komentar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT