ADVERTISEMENT

Menghargai Perbedaan

Selasa, 23 April 2024 05:07 WIB

Share
Ilustrasi Hari Kesaktian Pancasila. (Foto/Freepik)
Ilustrasi Hari Kesaktian Pancasila. (Foto/Freepik)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SERING dikatakan perbedaan itu keniscayaan karena manusia dilahirkan sudah penuh dengan perbedaan. Kembar lima pun ada perbedaan. Dapat dikatakan orang yang tidak menghargai adanya perbedaan sama halnya tidak menghargai kodratinya sebagai manusia.

Keberagaman juga sebuah berkah karena mengajarkan kepada kita untuk saling mengenal dan saling memahami satu sama lain baik di lingkup terkecil keluarga, masyarakat hingga bangsa dan negara.

Keberagaman dikatakan sebagai berkah, karena telah teruji melalui keberagaman kian mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kita kenal “Bhinneka Tunggal Ika”–berbeda-beda tetapi tetap satu, sebagai semboyan bangsa Indonesia sejak kelahirannya. Meski memiliki beragam budaya, suku, bahasa dan agama, tetapi tetap memegang prinsip persatuan dan kesatuan.

Fakta tidak terbantahkan, Indonesia merupakan negara kepulauan, tak kurang dari 17.000 pulau berjajar, dihuni lebih 1.340 suku, dengan 718 bahasa daerah yang digunakan.Tetapi tetap menyatukan dirinya sebagai bangsa Indonesia.

Meski begitu kita tidak bisa menampik, keberagaman akan menimbulkan perbedaan pendapat dan penafsiran.
Itulah sebabnya beda pendapat adalah sah-sah saja dan wajar-wajar saja. Yang tidak wajar, jika tidak menghargai perbedaan tersebut.Terus berupaya mengungkit dan mempertentangkan perbedaan yang ada.

Begitu juga dengan perbedaan pendapat dan penafsiran menyusul keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai sengketa hasil pilpres, sikapilah dengan bijak. Hargai keputusan MK berikut perbedaan yang muncul akibat keputusan dimaksud.

Menghargai perbedaan bukan berarti mendominasi pembenaran dan kebenaran, saling menyalahkan dan mencari – cari kesalahan. Lebih bijak lagi, jika tidak saling menghujat, karena menghargai itu bukan untuk menghakimi atau mengadili.

Kita meyakini dengan kesadaran yang tinggi, apa pun bentuk perbedaan akan dapat disatukan oleh sikap toleransi dan saling menghargai. Di sinilah perlunya keteladanan para elite politik negeri ini dalam merespons perbedaan melalui komentar yang menyejukkan, bukan memanaskan situasi kian menjadi.

Ciptakan narasi yang menyatukan, meski berseberangan jalan, bukan menggulirkan embrio perpecahan karena perbedaan sikap politik.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT