ADVERTISEMENT
Rabu, 23 Oktober 2013 19:12 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
BOGOR (Pos Kota) - Seratus dua puluh pakar penanganan limbah berkumpul di Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka mengikuti Seminar Nasional Bioremediasi Ke-3 bertajuk “Perkembangan Penerapan dan Regulasi Bioremediasi di Indonesia”. Limbah pabrik Acara yang berlangsung di IPB International Convention Center, Bogor ini, diselenggarkan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan LPPM-IPB (PKSPL IPB), Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO-BIOTROP) dan Forum Bioremediasi IPB. Peserta berasal dari perguruan tinggi seperti IPB, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Soedirman (UNSOED), Universitas Hasanudin (UNHAS), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Gajah Mada (UGM), Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), pemerintahan, mahasiswa, pemerhati bidang bioremediasi dan sebagainya. Selama dua hari tersebut ada sekitar 26 pemakalah, dan mereka memaparkan tentang temuan baru, kajian, penelitian dll, terkait dengan bioremediasi. “Dalam dua dekade terakhir, teknologi penanganan dan pengolahan limbah B3, khususnya dengan menggunakan teknologi bioremediasi telah berkembang. Diseminasi hasil-hasil penelitian, pemikiran dan penerapan bioremediasi telah dilakukan dalam seminar pada tahun 2003 dan 2005 di Bogor,” kata Ketua Panitia, Dr.Ir.Mohamad Yani, M.Eng. Wakil Direktur bidang SDM SEAMEO-BIOTROP, Dr.Irdika Mansur, M.For.Sc, mengatakan, bioremediasi sangat penting untuk mengembalikan kualitas lingkungan agar produktif dan aman bagi kehidupan. Menurutnya, ini sejalan dengan misi SEAMEO BIOTROP untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan membangun kapasitas institusi. “Juga membangun kapasitas institusi masyarakat dalam pelestarian dan pengelolaan biologi tropis untuk kesejahteraan masyarakat serta keutuhan lingkungan khususnya di kawasan Asia Tenggara,”kata Dr. Irdika. Teknologi bioremediasi ini sebagai salah satu metode dalam menangani berbagai limbah, khususnya padat dan cair yang terkontaminasi senyawa hidro karbon. Ini sudah diterapkan sebagian besar industri perminyakan di Indonesia. Dr.Irdika berharap kerjasama antara peneliti, akademisi dan praktisi akan menentukan kemajuan penerapan bioremediasi di Indonesia, khususnya bioremediasi limbah dan industri perminyakan serta pertambangan. (yopi/d)
ADVERTISEMENT
Berita Terkait
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berita Terkini
ADVERTISEMENT
0 Komentar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT