ADVERTISEMENT

Bola dan Kebangsaan

Kamis, 17 Oktober 2013 12:20 WIB

Share
Bola dan Kebangsaan

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SAATNYA Indonesia bangkit. Tak saja di sepak bola, tapi juga di sektor lain. Keberhasilan Timnas U-19 menjuarai Piala AFF 2013 dan kemudian lolos ke putaran final Piala Asia 2014 adalah keberhasilan sang pelatih, Indra Sjafri, membangun semangat kebangsaan di tengah carut-marutnya bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Membangun semangat kebangsaan? Iya, lihat saja bagaimana Indra Sjafri melakukan itu sejak proses seleksi pemain. Untuk mendapatkan pemain-pemain terbaik, Indra Sjafri rela “blusukan” dari pelosok ke pelosok tanah air, dari Sabang hingga Merauke, selama sembilan bulan sepanjang tahun 2012-2013. Dengan cara begitu, Indra sekaligus mengoreksi kebijakan PSSI yang maunya mencari pemain secara instan: mendatangkan pemain dari luar negeri untuk dinaturalisasi kewarganegaraannya. Ini kebijakan main gampang, tidak mau bekerja keras, tidak mau tekun melakukan pembinaan pemain secara berkesinambungan. Begitulah, PSSI sepertinya adalah representasi manusia Indonesia saat ini: maunya serba instan, juga selalu mengagungkan sesuatu yang berbau luar negeri. Indra Sjafril dan Timnas U-19 tidak. Mereka percaya, Indonesia adalah bangsa besar. Menjelang Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Indra dan Timnas U-19 mengingatkan kepada kita bahwa kita bukanlah bangsa memble, bukan bangsa minderan di hadapan kekuatan asing. Lihat perjuangan mereka dari babak pertama hingga final Piala AFF 2013 dan kemudian mengalahkan Korea Selatan di kualifikasi Piala Asia 2014. Timnas U-19 dibentuk dengan semangat kebangsaan, semangat gotong-royong, berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dari Aceh sampai Papua, dari berbagai lapisan—ada yang anak satpam, ada yang memiliki televisi pun tidak. Kita wajib acungi jempol buat Indra Sjafri, sosok yang paham tentang kualitas, paham tentang kekuatan potensi bangsanya. Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh kebijakan PSSI  yang cenderung tidak berpihak padanya.  Dia tidak mengeluh juga, misalnya, ketika menangani timnas junior pada tahun 2011 tidak mendapatkan gaji dan selama tujuh bulan bekerja tanpa dikontrak resmi oleh PSSI. Indra ikhlas melakukan itu semua. “Saya tidak pernah melakukan negosiasi dengan negara. Saya serahkan semuanya kepada negara. Apa yang akan negara berikan buat tim, saya ikhlas. Masa orang yang sudah berprestasi untuk negara tidak mendapat apresiasi,” kata Indra. Ya, ikhlas berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara, itulah modal keberhasilan Indra dan Timnas U-19. Kita semua patut meneladani Indra dan anak-anak asuhannya yang masih relatif muda itu. "Selama ini cara pengelolaan salah, penataan salah. Tapi, sekarang sudah ada arah menuju perbaikan. Kalau itu dilakukan, saya yakin 10 tahun lagi Indonesia nggak ada lawan,” kata Indra. Indra berbicara di bidang sepakbola. Bagaimana di bidang lain? Tirulah semangat Indra Sjafri! Contohlah semangat anak-anak muda di Timnas U-19! Indonesia adalah bangsa yang besar. (*)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT