ADVERTISEMENT

Habis “Diuleg” Lelaki Lain, Tewas Dibunuh Suaminya

Senin, 2 September 2013 13:49 WIB

Share
Habis “Diuleg” Lelaki Lain, Tewas Dibunuh Suaminya

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

PENGANGGUR itu memang sensitif. Dengar istri “diuleg” lelaki lain gara-gara kepenganggurannya, Enggar, 30, jadi mata gelap. Begitu Rina, 24, tiba di rumah langsung saja kepalanya digetok pakai ulegan sambel hingga wasalam. Pada tetangga bilang istri mati jatuh dari motor, mana percaya. Pengangguran atau bisa disebut juga “panji klanthung”, memang profesi yang tak pernah beres ditangani pemerintah. Dari jaman Orde Baru hingga reformasi sekarang, angka pengangguran selalu bertambah. Apa lagi setelah UMP dinaikkan jadi Rp 2,1 juta untuk Jakarta, jumlah para tuna kerja di Ibukota semakin bertambah. Ditambah kaum preman Tanah Abang yang kehilangan “obyekan” gara-gara PKL ditertibkan, makin pusinglah Muhaimin Iskandar Menakertrans kita. Enggar memang bukan warga Ibukota, tapi nganggurnya dia juga menjadi beban negara. Di Batam sana, orang nganggur tak dapat tunjangan apa-apa, beda dengan di Negeri Belanda, penganggur dapat tunjangan pemerintah, sehingga pikirannya bisa tenang, tak macem-macem. Seperti sekarang ini, gara-gara jadi panji klanthung, dia minder bergaul dengan para tetangga dan handai taulan. Dan gara-gara itu pula, perasaannya jadi senstitip sekali. Ada orang bisik-bisik saja, dikiranya membicarakan dirinya. Untung saja Enggar punya istri yang bekerja jadi SPG perusahaan minuman. Jadi meski dia tak bisa cari nafkah, dapur tetap bisa ngebul karena usaha istrinya. Namun demikian, di mana harga diri dan tanggungjawab suami? Tugas suami kan mencari nafkah buat keluarga, sedangkan istrinya kan di rumah cukup mamah karo mlumah (makan dan melayani di ranjang). Sebagai tenaga SPG, Rina memang lumayan seksi menggiurkan. Berkat penampilannya yang menawan, mempermudah dia cari pelanggan. Paling tidak kaum lelaki, mau membeli minuman yang ditawarkan Rina kan karena berharap juga siapa tahu bisa “minum” penjajanya. Nah, salah satu pelanggannya itu ada yang menjadi pelanggan istimewa. Maksudnya, dia ketemu Rina tak selalu urusan minuman yang dijajakan,  tapi ada keperluan khusus yang lebih istimewa dan signifikan. Sejak Rina kenal si lelaki  itu, pelayanan kepada suami menjadi tererosi. Dalam urusan ranjang misalnya, kini perempuan SPG itu menjadi jual mahal. Artinya tak semua permintaan suami dilayani. Jadi seperti minum obat dari dokterlah. Biasanya 3 kali seminggu, sekarang jadi tiga minggu sekali sesendok makan. Bila nafsu berlanjut, tutup rapat-rapat di tempat yang sejuk dan bebas sinar matahari. Ini Enggar masih bisa memahami. Yang tak bisa memahami,  dia sempat membaca sebuah SMS untuk istrinya bahwa diajak seorang lelaki ke suatu tempat. Meski hatinya sudah dibakar cemburu, dia mencoba meredamnya. Dan ternyata benar, Irna minta izin pergi dengan alasan tugas kantor. Duh, duh, pikiran Enggar jadi macem-macem. Pasti istrinya tak sekedar menjajakan minuman, tapi menjajakan juga “indomilk” miliknya juga. Dugaan Enggar makin menguat, karena pukul 01.00 dinihari istrinya baru pulang. Ributlah suami istri itu di rumah kostnya, lantai tiga Windsor Centre Nomor 05, di depan Hotel Hai-Hai, Nagoya, Batam. Saking cemburunya, Enggar tega memukul kepala istrinya pakai ulegan hingga tewas seketika. Untuk mengelabui, dia pura-pura lapor tetangga bahwa istrinya habis jatuh dari motor. Tapi warga curiga dan dilaporkan ke polisi. Kedok Enggar pun terbongkar. Sementara istri dimakamkan, dia mendekam di Polsek Lubuk Baja. Munthu kang untuk nguleg sambel, bukan kepala istri? (JPNN/Gunarso TS)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT