POSKOTA.CO.ID - Setiap tanggal 28 April, masyarakat Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional. Sebuah momen spesial yang tak lepas dari sosok Chairil Anwar, penyair legendaris yang dikenal luas sebagai pelopor puisi modern di Tanah Air.
Tahun 2025 ini, perayaan tersebut kembali menghidupkan semangat sastra sekaligus mengenang wafatnya Chairil Anwar pada tanggal yang sama di tahun 1949.
Chairil Anwar, yang lahir di Medan pada 26 Juli 1922, telah menorehkan jejak penting dalam dunia sastra Indonesia. Salah satu karyanya yang paling ikonik berjudul "Aku" masih menjadi inspirasi bagi para penyair hingga sekarang, dan turut mengukuhkan posisinya dalam Angkatan 45. Yakni sebuah kelompok sastrawan yang berpengaruh pada zamannya.
Pemilihan tanggal 28 April sebagai Hari Puisi Nasional bukan tanpa alasan. Tanggal ini ditetapkan sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi besar Chairil Anwar terhadap dunia sastra.
Baca Juga: Hari Puisi Nasional Diperingati Tiap 28 April, Intip 5 Karya Penyair Legendaris Chairil Anwar
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, bersama Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia, menjadi penggagas utama peringatan ini.
Tak hanya sekadar perayaan, Hari Puisi Nasional juga menjadi ajang untuk mengajak masyarakat kembali mengapresiasi puisi sebagai bagian dari warisan budaya bangsa.
Menariknya, selain Hari Puisi Nasional, Indonesia juga memiliki Hari Puisi Indonesia yang diperingati setiap 26 Juli, bertepatan dengan hari kelahiran Chairil Anwar.
Peringatan ini pertama kali dideklarasikan pada 22 November 2012 di Pekanbaru, Riau, oleh Sutardji Calzoum Bachri, Presiden Sastrawan Indonesia, bersama 40 sastrawan lainnya. Hari Puisi Indonesia lebih menekankan semangat berkarya melalui puisi sebagai wujud ekspresi kebebasan.
Kedua momen ini kerap menjadi bahan diskusi di kalangan pegiat sastra, sebab meski memiliki perbedaan tanggal, keduanya tetap berakar pada semangat dan kontribusi Chairil Anwar bagi dunia kepenyairan nasional.
Selama kariernya di antara tahun 1942 hingga 1949, Chairil Anwar telah menghasilkan 94 karya sastra, meliputi 70 puisi asli, 4 saduran, 10 terjemahan puisi, 6 prosa, dan 4 prosa terjemahan.