Seorang pengguna TikTok mengungkapkan, "Punya utang Rp6 juta, tapi bayarnya bisa sampai Rp10 juta karena bunga."
Ada pula cerita soal limit pinjaman yang tidak pernah naik meskipun pembayaran selalu lancar, atau pengguna yang terjebak karena hanya iseng mengajukan pinjaman, namun akhirnya harus membayar jauh lebih besar akibat bunga harian yang tinggi.
Fenomena ini memperlihatkan kurangnya literasi finansial di kalangan muda. Banyak dari mereka yang tergoda menggunakan pinjol untuk kebutuhan konsumtif, seperti membeli barang-barang mewah atau memenuhi gaya hidup, tanpa mempertimbangkan kemampuan membayar.
Utang untuk Modal Usaha, Bolehkah?
Beberapa warganet berpendapat bahwa pinjaman bisa dibenarkan jika digunakan untuk kebutuhan produktif, seperti membuka usaha.
"Kalau pinjam buat bisnis, masih oke. Ada pemasukan untuk bayar utang. Tapi kalau pinjam cuma buat beli barang, lebih baik jangan," tulis salah satu komentar.
Namun, menggunakan pinjol untuk modal usaha tetap berisiko tinggi, mengingat beban bunga besar yang bisa menghantui apabila usaha tidak berjalan sesuai harapan.
Solusi dan Edukasi Keuangan untuk Gen Z
Fenomena ini menegaskan pentingnya edukasi keuangan sejak dini, khususnya bagi generasi muda. Mengelola keuangan dengan bijak, memahami risiko utang, serta membedakan antara kebutuhan dan keinginan adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki.
Daripada tergoda pinjaman instan, alangkah lebih baik jika anak muda belajar menabung, mengelola pengeluaran, dan mencari alternatif pendanaan yang lebih aman seperti tabungan berjangka atau modal usaha berbasis komunitas.
Dengan kesadaran finansial yang lebih baik, diharapkan generasi muda dapat terhindar dari jerat utang dan membangun masa depan yang lebih cerah.